Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Upaya Andien Mengikis Celah Lemak di Perut

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Andien berpose saat sedang mengandung. Instagram.com
Andien berpose saat sedang mengandung. Instagram.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Andien Aisyah masih aktif bergerak meski tengah berbadan dua. Perempuan 31 tahun itu terus bekerja dan berolahraga seperti sebelum mengandung. “Enggak perlu menghilangkan aktivitas olahraga dalam keseharian. Yang penting olahraganya harus disesuaikan dengan trimester kehamilannya,” ujarnya.

Andien, yang baru melahirkan anak pertama pada Januari lalu, memilih melanjutkan olahraga agar staminanya terjaga. Selama hamil, ia memutuskan tetap manggung. Bahkan, sekitar satu bulan menjelang persalinan, Andien masih menjalani proses rekaman lagu terbarunya Belahan Jantungku. Olahraga juga dilakukan agar tenaganya kuat untuk melahirkan dan menjalani proses menyusui. “Itu proses yang sangat menguras energi,” kata dia.

Artikel terkait:
Andien Berlatih Pilates Setelah Melahirkan
Andien Lahirkan Anak Pertama Lewat Metode Water Birth  
Andien Biarkan Tali Pusar dan Plasenta Bayinya Putus Sendiri

Olah tubuh dijalani Andien karena ia tak mau perutnya terus membuncit setelah melahirkan. Dalam akun Instagramnya, Andien mengekspos terpisahnya otot perut (diastasis recti), yang banyak terjadi pada perempuan saat hamil dan setelah melahirkan. Otot perut, yang semula bersatu, jadi bergeser karena proses kehamilan dan persalinan. “Sehingga ada celah untuk lemak banyak menumpuk di perut,” ujarnya.


Andien sedang berlatih pilates. instagram.com

Pelatih olahraga prenatal dan pascanatal Adianti Reksoprodjo mengatakan bergesernya otot perut (rectus abdominus) pada ibu hamil dan pasca-melahirkan lumrah terjadi. Sebab perkembangan janin membuat perut ibu menjadi melar. Kalau otot perutnya sudah mencapai batas maksimal tapi janin masih memerlukan ruang untuk berkembang, secara alamiah otot di dinding perut, yang salah satu tugasnya menjaga organ bagian dalam, akan bergeser dan berpisah. Karena pemisahan ini, lemak bisa masuk di celah antara keduanya.

Akibatnya, perut ibu jadi susah singset setelah melahirkan, kekuatan otot perut untuk membantu menyangga organ-organ di dalamnya berkurang, membuat nyeri di punggung bawah bertambah, dan ibu jadi susah menahan pipis. “Kekuatan otot perut ini berhubungan langsung dengan otot dasar panggul kita. Kalau lemah, jadi beseran,” kata pelatih Crossfit L1 ini.

Tingkat pemisahan otot ini sangat bergantung pada lebar dan panjang torso ibu. Makin panjang torsonya, kemungkinan pemisahan ototnya semakin sedikit karena rongga perutnya cukup luas untuk pertumbuhan janin. Begitupun sebaliknya, jika torsonya pendek, kemungkinan pemisahan otot perut ini semakin besar. Besar dan panjang janin juga berpengaruh pada pemisahan, serta faktor keturunan.

Membuat otot perut menjadi kuat dan lentur bagi ibu hamil diperlukan. Caranya dengan berolahraga. Menurut Adianti, selain mengencangkan otot, olahraga saat hamil punya segudang fungsi bagi ibu juga bayinya. Buat para ibu, olah tubuh selama mengandung juga berperan mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan, misalnya sembelit, wasir, kembung, dan kaki kram.

Olahraga juga membuat tidur lebih nyenyak, menurunkan risiko diabetes gestasional--yang terjadi selama kehamilan--mengurangi lemak di tubuh, dan membuat persalinan lebih cepat. Sebab, jika ototnya kuat dan lebih lentur karena banyak latihan, tubuh ibu akan lebih siap menghadapi persalinan. Sedangkan bagi bayi, olahraga yang dilakukan ibu akan membuat mereka lebih sehat. Badan lebih ramping karena lemak tubuh lebih sedikit, tak rewel, dan lebih cerdas. “Dari penelitian, kemampuan berbahasanya lebih baik sampai usia lima tahun,” ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adianti mengatakan ada beberapa cara melatih otot perut, yakni dengan latihan kegel, yang bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, latihan otot perut, menjaga postur selama kehamilan, dan memakai korset setelah melahirkan. Latihan otot perut juga bisa dilakukan sambil berjalan. Bukan jalan kaki biasa, tapi jalan seperti saat orang sedang jalan sehat (power walk). Tangannya ikut diayunkan ke depan dengan bertenaga sehingga otot perut ikut tertarik. Durasi jalan kaki yang dianjurkan selama 30 menit sehari supaya tak gampang capek dan lebih segar.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan Ni Komang Yeni Dhanasari mengatakan latihan otot perut ini perlu dilakukan mulai trimester kedua kehamilan. Selain dengan gerakan-gerakan yang disebutkan oleh Adianti dan Michael tadi, ibu juga bisa melakukan yoga dan pilates. Keduanya memiliki banyak gerakan peregangan tubuh sehingga membuat otot lebih elastis dan kuat. Ibu juga dilatih mengatur napas, yang akan sangat berguna untuk proses persalinan.

Namun tak semua perempuan bisa melakukan olah tubuh seperti ini. Mereka yang kehamilannya bermasalah tak dianjurkan berolahraga. Misalnya tali plasentanya menutup jalan keluar janin, darah tinggi, pusing, dan mual-muntah. “Karena itu, setiap kali periksa, ibu harus tanya ke dokter, apakah aman untuk berolahraga atau tidak,” ujarnya. Tapi, kalau ibunya sehat, menurut Yeni, prinsipnya mereka tetap bisa melakukan olahraga apa pun selama aman bagi dirinya dan kehamilannya.

Olahraganya pun disesuaikan dengan kondisi tubuh dan trimester kehamilan. Pada trimester pertama, ibu masih boleh banyak melakukan olahraga yang bersifat kardio, seperti berenang, bersepeda, dan aerobik ringan. Sedangkan pada trimester kedua dan ketiga, olahraga difokuskan untuk menguatkan otot perut dan panggul menghadapi persalinan.

Andien mengikuti anjuran ini. Pada bulan-bulan awal mengandung, ia bisa melakukan apa pun, seperti sit-up, push-up, dan jungkir-balik. “Di trimester pertama itu aku malah masih sempat tracking ke Sumba,” katanya. Baru di trimester kedua, olahraganya diubah. Andien lebih berkonsentrasi pada perut. Ia banyak melakukan pilates, yoga, dan taichi. “Juga sudah tak boleh sit-up karena perutku sudah membesar,” tuturnya.

Yang juga penting, Yeni mengatakan sang ibu harus selalu mendengarkan tubuhnya. Jika olahraga yang dilakoninya membuat tubuhnya tak nyaman dan janinnya jadi tak aktif bergerak, ia harus menghentikannya. “Artinya, ada yang salah. Karena itu dianjurkan pakai pelatih personal agar ada yang memantau,” kata dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, ini.

NUR ALFIYAH

Berita lainnya:
8 Sikap yang Harus Dihilangkan saat Anda Menjadi Bos

Jangan Balikan dengan Mantan Hanya karena Chemistry
Pentingnya Anak Belajar Matematika Sejak Usia 3 Tahun

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

2 hari lalu

Ilustrasi Kehamilan. TEMPO/Aditia Noviansyah
Bagaimana Risiko Kehamilan pada Usia Terlalu Muda dan Terlalu Tua? Ini Penjelasan Wakil Dekan Kedokteran UI

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran UI memaparkan sejumlah risiko kehamilan di luar usia 20-35 tahun. Kondisi itu memerlukan antisipasi lebih dini.


Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

3 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil berbaring. Freepik.com/Valuavitaly
Pemeriksaan Kehamilan Rutin Bantu Cegah Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Penyakit sifilis bisa menular dari ibu yang terinfeksi ke janinnya melalui plasenta. Pemeriksaan kehamilan bantu mencegah penularan itu.


Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

12 hari lalu

Ilustrasi perawatan ibu hamil. Shutterstock.com
Risiko Kehamilan setelah Usia 35 Tahun dan Perawatannya

Seiring bertambahnya usia, risiko komplikasi terkait kehamilan mungkin meningkat, terutama pada yang berumur di atas 35 tahun.


Pamer Foto Lebaran 8 Tahun Terakhir, Andien Ceritakan 2 Karakter Berbeda Anaknya

12 hari lalu

Andien dan keluarga/Instagram -@andienaisyah
Pamer Foto Lebaran 8 Tahun Terakhir, Andien Ceritakan 2 Karakter Berbeda Anaknya

Penyanyi Andien menceritakan perjalanan foto Lebaran keluarganya selama 8 tahun terakhir


Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

14 hari lalu

Ilustrasi wanita mual. Freepik.com
Ragam Penyebab Mual dan Kapan Perlu Mendapat Perhatian Serius

Semua orang bisa mengalami mual dengan berbagai penyebab. Kapan perlu mendapat perhatian khusus dan periksa ke dokter?


4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

15 hari lalu

Ilustrasi ibu dan bayi. Foto: Unsplash/Kevin Liang
4 Pola Tidur Berkaitan Tidur yang Terbawa Sejak Masa Kehamilan

Perilaku dan pola pikir bermasalah mengenai tidur dapat muncul selama kehamilan dan menetap pada masa nifas.


Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

16 hari lalu

Ilustrasi bayi tidur. Foto: Freepik.com/user18526052
Penanganan Tidur yang Buruk Selama Masa Kehamilan dan Pasca Melahirkan

Tiga dari 4 wanita selama periode hamil dan atau pasca melahirkan mengalami masalah tidur seperti insomnia, kualitas tidur buruk, atau gangguan tidur


Mudik Lebaran, Ibu Hamil Perlu Periksa USG Dulu dan Bawa Camilan Berprotein

17 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil mudik. Shutterstock
Mudik Lebaran, Ibu Hamil Perlu Periksa USG Dulu dan Bawa Camilan Berprotein

Ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan melalui USG hingga membawa camilan berprotein tinggi untuk perjalanan mudik Lebaran.


Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

20 hari lalu

Ilustrasi ibu hamil. shutterstock.com
Saran BKKBN untuk Ibu Hamil Berumur di Atas 35 Tahun

Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih diimbau rutin cek kesehatan mulai dari gula darah, tekanan darah, hingga jantung karena risiko lebih tinggi.


Hasil Penelitian: Wanita yang Alami Komplikasi Kehamilan Berisiko Terkena Penyakit Jantung

29 hari lalu

Ilustrasi kehamilan. Freepik.com
Hasil Penelitian: Wanita yang Alami Komplikasi Kehamilan Berisiko Terkena Penyakit Jantung

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa wanita yang mengalami komplikasi saat menjalani kehamilan cenderung memiliki risiko terkena penyakit jantung.