TEMPO.CO, Jakarta - Mendidik anak autis memang memerlukan ketelatenan tinggi. Namun ada cara untuk menyibukkan mereka dengan kegiatan kesenian guna melatih kemandirian.
Psikolog tiga generasi, Saskhya Aulia Prima, mengatakan kesenian merupakan salah satu kegiatan bagi anak penyandang autisme dalam menyalurkan ekspresi pikiran dan perasaan mereka.
Dalam dunia psikologi, ada terapi yang dinamakan art therapy, terapi yang dilakukan melalui proses kreatif menciptakan karya seni untuk meningkatkan kemampuan emosi, fisik, dan mental seseorang.
"Seni bisa membantu anak menyalurkan perasaan, mengurangi stres dan ketegangan sehari-hari, membantu memberikan paparan lingkungan sosial, serta membantu meningkatkan daya pengelolaan sensitivitas indera mereka," ujarnya, Selasa, 28 Februari 2017.
Dengan kegiatan seni seperti menggambar, orang tua dapat mengetahui bakat, minat, dan potensi anak mereka di masa datang.
Berdasarkan penelitian Laurent Mottron pada 2011, otak anak penyandang autisme sangat baik dalam kemampuan mengingat dan menganalisis suatu pola.
Mereka cenderung fokus saat bekerja tanpa harus dipaksa, memiliki daya kreativitas yang tinggi, serta minat yang spesifik sehingga berkontribusi besar terhadap kreativitas saat bekerja nanti.
"Kita tidak perlu membatasi imajinasi anak-anak untuk mengikuti pakem menggambar. Biar saja dia mewarnai kuning untuk gunung atau yang lain karena seni bukan milik seseorang. Suatu gambar di mata saya akan berbeda dengan mata orang lain," ujarnya.
Menurutnya, terapi yang dilakukan lembaga psikolog atau pendidikan anak luar biasa tentu akan sangat membantu orang tua mengarahkan anak autisme. Namun, jika memang dirasa terlalu memberatkan biaya, orang tua bisa melatih anak di rumah.
Harapannya, anak-anak yang memang memiliki bakat terpendam itu memiliki kesempatan yang sama untuk mencari penghasilan sendiri.
Berita lainnya:
Sisi Keibuan Madonna dan Caranya Tanamkan Nilai pada Anak
Usia Sama, Ketangkasan dan Kematangan anak Berbeda
Cara Mudah Membuat Makanan Sehat