TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan kini ada di setiap lini kehidupan. Di rumah, di kantor, di setiap layanan publik, dan banyak tempat lainnya. Kondisi ini membuat setiap wanita menjadi peran yang berbeda-beda. Ketika di rumah misalnya, dia menjadi istri dan ibu, di kantor menjadi karyawan sebagaimana pekerja lelaki.
"Perempuan sekarang lebih punya peran dan semua itu memiliki tuntutan masing-masing," kata dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Arieska Ann Soenarta dalam di Jakarta, Kamis 23 Februari 2017. Dalam menjalani tugas yang bertubi-tubi itu, menurut dia, perempuan kerap mengabaikan kondisi kesehatan, salah satunya mengecek berapa tekanan darahnya.
Artikel terkait:
Mitos dan Fakta Seputar Hipertensi
5 Makanan Penangkal Hipertensi di Sekitar Kita
9,4 Juta Kematian Tiap Tahun akibat Hipertensi
Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dilakukan Kementerian Kesehatan menunjukan pada usia 65 tahun ke atas, prevalensi hipertensi pada wanita mencapai 28,8, lebih tinggi dibanding laki-laki dengan prevalensi 22,8. Mengutip The World Health Report, dalam kurun waktu tahun 2000-2025 diperkirakan terjadi peningkatan prevalensi hipertensi pada laki-laki sebanyak 9 persen, dan perempuan 13 persen. "Kita semua patut waspada dengan konsekuensi dari hipertensi," kata Aan. Efek lanjut dari gangguan kesehatan ini, menurut dia, bisa menyerang organ tubuh lain, yakni jantung, ginjal, otak, pembuluh darah, dan mata.
Ann menjelaskan ada dua momentum bagi wanita yang sangat rentan terkena hipertensi. Pertama saat dia hamil dan kedua, ketika memasuki masa menopause. Menurut Ann, kehamilan dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi dan membahayakan ibu serta janin dalam kandungan.
Dan seseorang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Terdapat beberapa jenis hipertensi pada kehamilan, antara lain hipertensi kronik, krinik dengan pre-eklamsia, gestasional, pre-eklamsia, dan eklamsia.
Ann menambahkan, tekanan darah pada wanita juga akan meningkat dengan cepat setelah masuk msa menopause atau pada usia 60 tahun ke atas. Penyebabnya, terjadi kekakuan pada pembuluh darah yang dipicu menurunnya hormon estrogen secara tajam.
Kekurangan hormon estrogen, Ann melanjutkan, membuat lapisan sel dinding pembuluh darah (endotil) rusak sehingga memicu pembentukan plak, di samping mengaktivasi sistem tubuh yang dapat meningkatkan tekanan darah.
RINI K
Berita lainnya:
Aneka Smoothie Sehat dan Segar
Tren Hijab Bikin 30 Desainer Bentuk Komunitas
Hati-hati Minyak Bisa Membuat Saluran Air Wastafel Tersumbat