TEMPO.CO, Jakarta - Perempuan kerap mengenakan busana berwarna hitam dan putih, atau memadukan keduanya, sebagai senjata pamungkas ketika “mati gaya”. Namun, di tangan perancang busana seperti Barli Asmara, ada efek dramatis yang menyertai busana hitam-putih, sehingga tidak sekadar “main aman”.
Dalam rancangan terbarunya yang dipamerkan dalam Indonesia Fashion Week pekan lalu, Barli menampilkan busana yang hanya bermain dengan dua warna dasar tersebut. Berbeda dengan rancangan sebelumnya, yang bertabur payet, kali ini Barli menggantinya dengan detail kelopak anggrek. “Saya sengaja menampilkan koleksi baru yang tidak bordir lagi atau payet lagi supaya orang tidak bosan,” ujar Barli.
Baca Juga:
Barli menghadirkan kelopak anggrek melalui sejumlah teknik lipit, yaitu teknik membuat lipatan pada busana dengan tekanan atau jahitan. Ia juga memanfaatkan tekstur bahan untuk dibuat tingkatan. Jadinya, kelopak tersebut menegaskan arsitektur busana yang kokoh.
Bahan satin dan organza menjadi andalan untuk membuat 13 busana bertema “Black Orchid Fervor” ini. “Ada cerita bahwa untuk membuat anggrek hidup, harus dengan segenap keyakinan dan tidak mudah. Bunga ini cukup egois,” kata Barli.
Pada Black Orchid, Barli mengusung gaya klasik abad ke-17 lewat potongan yang menonjolkan lekuk pinggang perempuan dalam gaun dan jumpsuit. Pada masa tersebut, perempuan cantik identik dengan pinggang kecil dan padat berisi pada bagian pinggul. Karena itu, korset yang dibuat dari tulang binatang menjadi komoditas mode utama para bangsawan dan perempuan Eropa.
Meski hendak membawa cita rasa klasik, jangan bayangkan busana yang ia ciptakan mirip gaun Marie Antoinette. Ia tak membuat detail berlebihan pada bagian bawah gaun atau jumpsuit. Barli membuat busana berpotongan longgar pada bagian bawah dengan detail kelopak anggrek yang merangsek ke bagian atas busana.
Artis Raline Shah, yang membawakan gaun pamungkas, tampak seperti bintang Hollywood yang tengah berjalan di karpet merah. Apalagi, ada efek berkilau yang cukup samar ketika bahan satin tersorot cahaya lampu.
Warna hitam dan putih juga terlihat tak menjemukan dalam koleksi busana Norma Hauri di bawah jenama Hauri. Abaya yang ia rancang jauh dari kesan monoton. Norma mewarnai panggung dengan citra monokrom beraksen emas dan perak.
Tampilannya jadi sedikit “garang” berkat pemilihan warna yang tajam. Ditambah lagi, ada aksesori sarung tangan kulit yang menutup separuh jari-jari tangan. Tak jarang, ia juga memadukannya dengan jaket kulit hitam yang dengan ritsleting. Selain jaket, Norma memadukan citra monokrom dengan jubah panjang berwarna hitam.
Menampilkan kesan “tajam” dengan busana berwarna hitam terbilang cukup mudah ketimbang busana berwarna putih. Namun Norma berhasil menegaskan hal itu lewat potongan dan detail beraksen emas. Aksen sabuk pinggang hitam juga berhasil membuat busana putih tampil lebih hidup dan tak menjemukan. Busana Norma ini rasanya cocok untuk perempuan muda berhijab yang berani tampil gahar.
Selain Norma, ada hasil rancangan Zaskia Sungkar yang menampilkan koleksi bertajuk “Kilau”. Dalam koleksi ini, Norma banyak menampilkan warna hitam dan putih dengan aksen warna perak untuk mengentalkan kesan berkilau. “Inspirasinya dari langit malam yang terang dan merupakan kelanjutan dari koleksi ‘Senja’ sebelumnya,” kata dia.
Seperti biasa, Zaskia tak bisa lepas dari penggunaan kain-kain tradisional. Dalam koleksi ini, ia menggunakan batik dan lurik yang diolah menjadi busana siap pakai, seperti celana berpotongan lebar, terusan, dan tunik.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Plus-Minus Facial Uap
Bibir Kering dan Pecah-pecah? Berikut Solusinya
Trik Tampak Langsing saat Kenakan Hijab ala Oki Setiana Dewi