TEMPO.CO, Jakarta - Di Gang Gloria di Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta, tersembunyi beragam makanan berbahan dasar santan. Beberapa diantaranya meneruskan warisan cita rasa para pendahulu melalui sajian kuliner. Meski ada yang berjualan dengan berpindah tempat, tapi lokasinya di seputar Gang Gloria saja. Seperti enggan beringsut dari gang ini.
Baca juga:
Ngopi Asyik Sambil Berayun di Buaian
Makan Sambil Nonton Live Cooking di Feast Restaurant
William Wongso Bicara Menu Keberuntungan dan Kemakmuran
Bagi penggemar masakan bersantan, ada beberapa hidangan yang patut dicoba jika sedang bertandang ke kawasan Glodok. Kari Lam yang ada sejak 1973 dan sudah turun ke generasi kedua. Kendati sudah tiga kali pindah tempat berdagang, warung kari ayam dan kari sapi itu tetap saja berada di sepanjang Gang Gloria.
Salah satu sejarah unik dari kuliner di kawasan Pecinan ini adalah Soto Betawi buatan orang Cina-Betawi, Ho Tjiang Fung. Belum lagi sambal ebi yang bikin pengunjung kepincut untuk menyantap ketupat sayur Gloria Kartika Chandra, meski warungnya berada di dua lokasi berbeda di pagi dan siang hari. Jadi, rajinlah bertanya jika ingin menemukannya.
#KARI LAM
Akiong buru-buru berganti kemeja ketika pelanggan mulai berdatangan. “Sebentar ya, saya baru datang,” katanya kepada dua tamu yang dudu di ruangan berukuran sekitar 100 meter persegi itu. Akiong lantas sbuk menyuwir daging ayam kampong sembari menyisir bihun. Jam belum genap menunjukkan pukul 09.00, waktu buka warung kari ayam dan sapi Kari Lam. Kemudian Akiong membuka tutup kuali kuah kari. Asap pun membumbung tinggi, bau harum bersantan becampur daging ayam langsung tercium.
Sambil membubuhkan bawang goreng ke mangkuk kari, Akiong pun berkisan. “Warung ini sudah ada sejak 1973 di Gloria, Jakarta. Mulanya di Medan. Bapak saya yang bikin,” kata Akiong. Nama Lam diambil dari sapaan ayah Akiong, Alam. “Jadi, Kari Lam berarti kari si Alam,” ujarnya.
Sudah tiga kali warung ini berpindah tempat, tapi selalu di Gang Gloria, dekat dengan Pasar Glodok. Terakhir pada 1990-an, dan saat itu pulang warung tersebut dikelola penuh oleh Akiong. Selama tiga decade terakhir, dia melihat penurunan jumlah pengunjung, terutama sejak 1990-an. Pemicunya, menurut dia, warga etnis Tionghoa yang bermukim di wilayah Glodok dan sekitarnya mulai pindah ke Perumahan Kelapa Gading, Serpong, dan Pantai Indah Kapuk. Belum lagi adanya krisis moneter.
Meski begitu, sampai sekarang masih ada pelanggan setia yang datang. Mereka biasanya kangen rasa kuah santan racikan keluarga Cina-Medan yang sangat khas: mlekoh, tapi tak medok dan tak bikin eneg. Selain itu, tekstur special daging ayam kampungnya empuk. Bila tak terlalu suka daging ayam, Akiong juga menjual kari sapi.
Kari Lam
Ujung Gang Gloria, Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta
Buka pukul 09.00-15.30
Harga: Rp 40-45 ribu
#SOTO BETAWI AFUNG
Bukan sekali-dua kali Siti Maemunah, pramusaji di warung milik Ho Tjiang Fung, mendengar pertanyaan para pengunjung ihwal kedai milik majikannya. “Cina kan biasanya identik jual mi, kok ini jual soto? Soto Betawi pula,” begitulah perempuan separuh baya tersebut menirukan ujaran para taunya.
“Soto ini memang punya Asnawi, asli Cina-Betawi,” kata Siti. Mulanya, si empu warung membuka bisnis buah impor. Sayangnya, pada masa pemerintahan Soeharto, importer sulit masuk ke Indonesia. Sebab itu, bosnya beralih jalur bisnis. Tepatnya pada 1982, Afung yang dikenal memiliki keterampilan masakan berkuah santan, membuka warung soto Betawi. Tak dinyana, warungnya eksis hingga kini.
Sebuah plakat berwarna kuning yang menggantung di pintu masuk warung menjadi tanda penunjuk sekaligus ‘salam’ pembuka bagi pengunjung. Soto Betawi Afung memiliki rasa yang berbeda karena kuah santan dicampur dengan sumsum. Sementara dari penampilannya pun enak dipandang mata: semangkuk soto tersaji lengkap dengan irisan daging sapi beserta urat, babat, plus paru yang digoreng garing. Bisa juga ditambah sumsum jika pelanggan merasa masih kurang. “Tapi kalau memiliki kolesterol tinggi, sebaiknya jangan tambah sumsum,” ujar Siti.
Soto Betawi Afung
Gang Gloria, Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta
Buka pukul 06.00-16.00
Harga Rp 42 ribu
#KETUPAT SAYUR GLORIA KARTIKA CHANDRA
Lapaknya menyempil, hampir tak terlihat dari jalan setapak di gang pecinan. Jadi, anda harus bertanya untk menemukan warung yang berdiri sejak 1960 tersebut. “Ya, dari dulu gini-gini aja. Hanya menggelar meja di depan toko orang, tapi syukurlah pelanggan sudah tahu,” kata Sujono Chandra, si empunya dagangan.
Di lapak sederhana itu, 150 ketupat habis terjual dalam sehari. Generasi kedua pemegang warisan warung sayur asli Betawi itu malah bingung kenapa orang-orang dari berbagagi daerah rela datang demi mencicipi masakannya. “Saya rasa olahannya sama dengan lainnya. Santannya sama, isinya sama. Mungkin sambal ebinya yang bikin nikmat,” kata Sujono. Penampilan ketupat sayur yang kondang tersebut memang biasa. Hanya porsinya sangat besar, cukup untuk dua orang. Dan, ada sambal ebi yang disiram di atas racikan ketupat sayur.
Benar seperti yang dikatakan Sujono. Santan dan ketupat memang rasanya standar. Tapi yang membikin special adalah sambalnya. Gurih pedas yang muncul dari racikan sambal ebi diperkiat oleh aroma legit santan. Sujono menggelar dagangannya dari pagi. Namun pada siang hari pindah ke mulut gang karena tempatnya semua dipakai oleh pedagang lain. “Ya begitulah nasib, pindah-pindah,” ujarnya.
Ketupat Sayur Gloria
Gang Gloria, Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta
Buka pukul 08.00-16.00
Harga Rp 52 ribu (ketupat sayur plus ayam kampong) dan Rp 20 ribu (ketupat sayur saja)
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Berita lainnya:
Cara Benar Bersihkan Kuas Makeup
8 Kebiasaan Suami yang Bikin Istri Minta Cerai
Menangani Anak Tantrum Saat Naik Angkutan Umum