TEMPO.CO, Jakarta - Kebanyakan orang tua pada masa kini berpendapat bahwa sikap keras, mengekang, dan terlalu disiplin pada anak bukanlah strategi pola asuh yang benar. Mereka lebih memilih kebebasan, menanamkan kepercayaan diri (self esteem), demokrasi, dan keterbukaan dalam mengasuh anak.
Hanya saja, tidak selamanya orang tua yang memiliki pola asuh ‘keras’ berdampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Sebuah penelitian mengindikasikan, orang tua yang tegas justru mencegah anak terjerumus ke dalam kebiasaan buruk saat beranjak remaja, salah satunya adalah merokok.
Para peneliti dari Georgetown University menganalisis pola pengasuhan yang tegas di dalam keluarga dari berbagai latar belakang etnis dan ras. Mereka menyurvei siswa sekolah menengah pertama dari berbagai latar belakang, dan menemukan fakta para remaja yang memiliki orang tua otoriter dan terstruktur cenderung merasa tidak tergoda untuk mencoba kebiasaan merokok.
“Banyak studi pada masa lalu yang menganalisis berbagai gaya pengasuhan, tetapi studi kami ini melihat secara spesifik bagaimana strategi pengasuhan dapat mencegah anak kecanduan rokok,” kata anggota tim peneliti tersebut, Cassandra Stanton.
Stanton mengatakan tidak seperti studi lainnya yang hanya menggunakan sampel dari keluarga kelas menengah, studinya menggunakan responden dari berbagai latar belakang etnis di distrik kelas bawah sebuah kota. "Penting bagi kami untuk melihat bagaimana cara orang tua mencegah anaknya memiliki kebiasaan merokok. Sebab, kebanyakan pecandu rokok berat mulai kebiasaan buruknya itu sejak usia 18 tahun," imbuhnya.
Penelitian yang sudah ada mengindikasikan adanya kaitan antara kedisiplinan yang longgar dalam pola asuh dengan risiko kebiasaan merokok pada remaja. Untuk memperkuat dugaan tersebut, Stanton dan timnya meneliti 459 siswa kelas VIII dari keluarga kelas bawah.
Mereka berusia rata-rata 13 tahun, di mana 29 persen di antaranya berasal dari etnis Hispanik, 34 persen Afrika Amerika, 17 persen kulit putih non-Hispanik, dan 20 persen dari berbagai etnis lainnya. Para siswa tersebut diteliti latar belakangnya; apakah mereka pernah merokok dan apakah orang tuanya perokok. Penelitian juga mencakup bagaimana gaya pengasuhan orang tua mereka; apakah disiplin atau penuh kehangatan.
Mereka juga diamati; apakah orang tuanya memberi hukuman atau hanya mengajak berdiskusi saat mengetahui anaknya merokok. Penelitian berlangsung dalam kurun waktu empat tahun untuk melihat apakah para siswa itu tumbuh menjadi dewasa muda perokok. Hasilnya, murid-murid yang memiliki orang tua otoriter cenderung hidup di tengah peraturan yang ketat dan jadwal rutin yang teratur. Kebanyakan dari mereka memiliki orangtua tegas yang akan menghukum jika anaknya ketahuan merokok.
Setelah menghukum, barulah para orang tua itu mendiskusikan mengapa anaknya memilih untuk merokok dan menasehati tentang bahaya merokok. Para murid yang memiliki tipikal orangtua seperti itu ternyata cenderung tidak terjerembab ke dalam kebiasaan merokok saat remaja.
Berita lainnya:
Hati-hati Menulis Resume agar Tak Gagal dapat Pekerjaan
Saran Pemakaian Tabir Surya yang Tepat dari Dokter Kulit
Ragam Penjepit Jilbab yang Aman dan Tak Bikin Hijab Rusak