Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sedang Tren, Tenun dengan Warna Alam  

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi tenun alam.
Ilustrasi tenun alam.
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kain tenun Indonesia kian populer. Direktur Jenderal Industri Kecil-Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, menyatakan nilai ekspor kain tenun pada 2015 mencapai US$ 2,6 juta dengan tujuan utama ekspor ke Eropa.

Data lainnya secara spesifik menunjukkan nilai ekspor kain tenun Nusa Tenggara Timur terus tumbuh dalam dua tahun terakhir. Kain tenun NTT merambah Eropa dan Amerika. Jenama asli Indonesia, LeViCo yang dimotori Yurita Pujie dan Julie Laiskodat, membawa kain ini hingga ke panggung FTLModa New York pada September 2016.

Keduanya menampilkan 16 busana ready to wear koleksi spring/summer 2017 yang dibuat dari bahan kain tenun ikat NTT. Panggung ini, menurut Yurita, merupakan salah satu cara memasarkan kain tenun ikat di Negeri Abang Sam. “Saya berharap pencinta fashion mulai mengenakan kain tenun NTT untuk melestarikan kebudayaan,” kata dia.

Alasan melestarikan kebudayaan itu juga yang membuat Cita Tenun Indonesia (CTI) gencar mempromosikan tenun tangan tradisional. Pada IPMI Trend Show 2017, CTI menyelenggarakan pameran, bazartenun tradisional, dan peragaan busana yang didukung oleh Uni Eropa dan Humanist for Cooperation with Developing Countries (HIVOS). Pada rangkaian acara tersebut, CTI mengusung tema “Warna Alam”.

Bukan sekadar tema, bukan pula sebatas terinspirasi warna alam. CTI betul-betul menggunakan tenun tradisional yang menggunakan warna-warna alami. Jadi, selain melestarikan kebudayaan, CTI menerapkan konsumsi dan produksi berkelanjutan melalui program ini.

Menurut Direktur Regional Hivos Biranchi Upadhyaya, program ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup perempuan penenun dari sisi ekonomi, sosial, maupun lingkungan. “Melalui rantai tekstil tenun tangan tradisional yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata dia.

Untuk menghasilkan warna dasar, seperti merah, hitam, kuning, cokelat, dan biru indigo, penenun menggunakan tanaman secang, mangga, mahoni, ketapang, dan tarum. Bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan antara lain daun, kulit batang, dan umbi.


Proses pencelupan benang tenun dengan pewarnaan alami. (TEMPO/Febrianti)

Adapun untuk menghasilkan warna oranye, benang direndam bersama rebusan air mengkudu, diberi kapur, lalu dijemur. Proses pewarnaan alami cukup rumit sehingga harga selembar kain dipatok cukup tinggi, berkisar Rp 600 ribu–6 juta.

Meski memakan waktu lama dan berharga mahal, kain tenun yang dihasilkan dari proses pewarnaan alami punya kualitas yang lebih baik. “Warnanya lebih tahan lama, tidak mudah luntur, dan lebih lembut di mata,” kata Aldo Ganantha, penenun.

Agak mengejutkan mengetahui kolaborasi pendampingan tiga lembaga ini menyasar penenun di empat daerah di luar NTT, yaitu Kabupaten Jembrana di Bali bagian barat, Sulawesi Tenggara, Jawa Tengah bagian utara, dan Jawa Tengah bagian selatan. Hasilnya dapat dilihat di atas panggung catwalk. CTI menggandeng empat desainer untuk menyulap kain tenun ini menjadi busana yang pantas ditampilkan di atas catwalk.

Desainer Chossy Latu menggarap kain dari daerah binaan Jawa Tengah bagian selatan, Auguste Soesastro untuk daerah binaan Jawa Tengah bagian utara, Didi Budiardjo untuk daerah binaan Kabupaten Jembrana di Bali bagian barat, dan Denny Wirawan untuk daerah binaan Sulawesi Tenggara.

Di catwalk, Chossy menampilkan deretan busana yang didominasi warna cokelat muda, putih gading, dan abu-abu. Chossy mengandalkan celana lebar, dress, dan rok sebetis sebagai senjata padu-padan. Dia juga menghadirkan celana pendek dan crop top untuk menegaskan gaya kasual.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

                       Busana koleksi Chossy Latu. (Dok. Cita Tenun Indonesia)

Perancang ternama lainnya, Auguste Soesastro, membalut busananya dengan warna gelap. Busana bersiluet longgar hadir dalam warna hitam dan abu-abu. Seolah berkebalikan dengan Auguste, busana rancangan Didi Budiardjo menampilkan warna lebih terang seperti oranye, merah, putih, dan biru.


Kiri: Busana koleksi Auguste Soesastro, dan busana koleksi Didi Budiardjo.
(Dok. Cita Tenun Indonesia)

Denny Wirawan tampak menonjolkan kesan urban lewat permainan cutting. Potongan asimetris diaplikasikan di sejumlah atasan berwarna merah, dan cokelat. Paduannya adalah celana berpotongan lebar, kulot, atau rok dengan belahan tinggi. Busana berwarna cokelat, hijau, dan warna natural lainnya terbukti mampu menonjolkan kesan urban dan modern dalam busana Denny.


Busana koleksi Denny Wirawan. (Dok. Cita Tenun Indonesia)

Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerénd, berharap program ini dapat memberi nilai tambah pada warisan budaya Indonesia. Sebab, keempat daerah itu merupakan penghasil tenun yang langka.

Kelebihan pewarna alami:
- Warna lebih awet
- Tidak mudah luntur
- Lebih lembut di mata

Kekurangan pewarna alami
- Proses lebih lama
- Harga lebih mahal
- Tidak praktis
- Ketersediaan warna sangat bergantung pada ketersediaan tanaman

Sentra penghasil tenun warna alami di NTT:
- Sentra Tenun Ikat “Gunung Mako”, Alor Barat Laut
- Desa Kaluda, Sumba Timur
- Desa Pringgasela, Lombok Timur
- Desa Sukarara, Lombok Tengah
- Desa Nita, Sikka.

Jenis dan daerah penghasil tenun
-
Sumatera: Tenun Angso Duo (Jambi), Tapis (Lampung), Ulos (Sumatera Utara)
- Jawa: Tenun Troso (Jepara), tenun Baduy (Baduy)
- Bali: Tenun Endek, Tenun Gringsing
- NTB: Kain Mbojo
- Maluku: Tenun Tamimbar
- Kalimantan: Tenun Sambas (Kalimantan Barat), Tajong (Kalimantan Timur), Tenun Sintang (Dayak)
- Sulawesi: Tenun Wakatobi (Sulawesi Tenggara), tenun Donggala (Sulawesi Tengah), tenun Mamasa (Sulawesi Barat)

DINI PRAMITA

Video terkait kain tenun dengan pewarna alami


Berita lainnya:
Ide Kreatif Bekal Sekolah
5 Tanda Kamu Terlalu Bergantung pada Pasangan
Hitung Kalori Makanan agar Asupan Nutrisi Tak Berlebih

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

16 jam lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

8 hari lalu

Seorang gadis dengan blus ala boho chic menghadiri Coachella Valley Music & Arts Festival 2016, di Indio, California.  Matt Cowan/Getty Images for Coachella
Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.


Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

13 hari lalu

Victoria Beckham. Instagram.com/@victoriabeckham
Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion


Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

17 hari lalu

Terdakwa kasus pencemaran nama baik, Ahmad Dhani mengenakan peci hitam saat menjalani sidang lanjutan di PN Surabaya, Selasa, 12 Februari 2019. Saat ini Dhani sedang menjalani sidang atas kasus yang terjadi di Surabaya. ANTARA/HO/Ali Masduki
Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

28 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

46 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.


Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 03,  Ganjar Pranowo-Mahfud MD tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memutuskan untuk mengenakan jaket universitas alias jaket varsity dalam debat capres kelima.