TEMPO.CO, Jakarta - Ivan Gunawan meluncurkan koleksi baru untuk label busana Jajaka miliknya. Koleksi ini ia beri nama Canting Merah. Sesuai dengan namanya, warna merah mendominasi rangkaian busana. “Ini saya persiapkan untuk Natal, tahun baru, dan Imlek mendatang,” kata Ivan Gunawan.
Untuk membuat koleksi ini, Ivan berkolaborasi dengan perajin batik dari Kudus. “Jajaka sendiri DNA-nya selalu menghadirkan sentuhan Indonesia, bisa lewat batik atau tenun,” kata dia. Tapi kolaborasinya dengan pembatik Kudus tampaknya tak cuma untuk koleksi ini. Sebab, menurut Ivan Gunawan, koleksi anyarnya ini juga menjadi jembatan untuk Indonesia Fashion Week 2017 mendatang.
Baca Juga:
Kolaborasinya kali ini menghasilkan batik berwarna merah yang lantas dinamai Canting Merah. Dalam koleksi ini, Ivan tidak cuma mengandalkan batik tulis. Dia menggabungkan berbagai macam teknik menghasilkan kain batik, yaitu tulis, cap, dan printing.
Merah memang selalu bisa menarik perhatian. Tapi salah mengaplikasikannya juga bisa berakhir menjadi bencana karena akan terlihat norak. Ivan Gunawan tampak sangat menyadari hal itu. Dia memilih mengimbanginya dengan warna hitam dan putih. Hasilnya, siapa pun yang memakai busana Ivan akan mencuri perhatian di tengah kerumunan dengan mudah, tanpa tatapan sinis.
Ivan Gunawan banyak menggunakan potongan loose dan A-line untuk busana wanitanya. Ini terlihat pada dress bersiluet A-line dan loose yang mendominasi 42 busana yang dipamerkan. Selain dress, Ivan Gunawan membuat jumpsuit dan celana panjang berpotongan lebar. Potongan-potongan ini, selain nyaman dibawa bergerak, membuat pemakainya mudah memadupadankannya dengan busana lain.
Potongan A-line juga tergolong aman untuk segala jenis bentuk tubuh. Bentuknya yang ramping di bagian atas dan lebar di bawah menonjolkan lekuk pinggang pemakainya. Model A-line juga dikenal mampu memanipulasi kekurangan tubuh karena membuat perhatian teralihkan pada lekuk pinggang.
Di segmen busana pria, Ivan Gunawan mengeluarkan koleksi slim fit. Sedikit berkebalikan dengan busana perempuan yang cenderung longgar, lewat koleksi ini, Ivan Gunawan menciptakan busana batik yang tidak terlalu kaku untuk pria, sekaligus lebih maskulin. Di tangannya, batik tidak lagi terlihat hanya pantas digunakan oleh bapak-bapak berusia 40 tahun.
Koleksi ini kian menarik dengan busana muslim yang juga ditawarkan Ivan Gunawan. Menurut dia, busana muslim sengaja dihadirkan untuk menuruti minat masyarakat. “Ini untuk mencukupi kebutuhan masyarakat dan saya melihat ini peluang bisnis,” kata dia. Seperti busana muslim pada umumnya, Ivan Gunawan mengaplikasikan potongan yang longgar untuk busana muslim pada koleksi Canting Merah.
Dalam masyarakat Jawa, canting bukan sekadar benda mati untuk membatik. Canting seperti sahabat bagi para pembatik. Sahabat inilah yang memberi mereka penghidupan sekaligus menjadi sarana aktualisasi diri. Sebab, menggunakan canting tak semudah menggoreskan pena di atas kertas kosong. Butuh olah rasa yang tinggi.
Mengguratkan malam di atas kain harus dilakukan setitik demi setitik. Dari titik-titik yang diguratkan oleh canting inilah batik berasal. Mengguratkan titik pada zaman dulu dilakukan oleh perempuan Jawa sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Seperti sedang menulis sebuah buku harian, segala emosi senang ataupun sedih akan disalurkan dengan menulis titik di atas kain batik.
Filosofi ini terbawa dalam koleksi Ivan Gunawan. Seperti membatik yang mencurahkan seluruh ide dan perasaannya di atas sehelai kain, Ivan Gunawan mencurahkan ide dan perhatiannya untuk menghasilkan koleksi ketiga Jajaka ini. Dia mesti berhati-hati, terlebih dalam koleksi ini ada “titipan” dari Pemerintah Kabupaten Kudus. “Saya dipercaya oleh Kabupaten Kudus untuk menggarap kerajinan khas Kudus,” kata dia.
DINI PRAMITA
Berita lainnya:
Ada 3 Tipe Pencari Kerja, Anda yang Mana?
Cerita Naballah Chi, Fashion Blogger Afrika Berhijab
Pengaruh Bising Lalu Lintas pada Kesehatan Daya Ingat