TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang Anda harapkan dari sepasang sneakers? Anda ingin sneakers yang dipakai dapat melindungi kaki ketika berlari? Atau Anda ingin sepatu olahraga yang nyaman dipakai untuk aktivitas sehari-hari? Anda juga ingin sepatu dapat menyerap bau dan dapat dipadankan dengan pakaian Anda? Kini banyak pilihan sneakers seperti yang Anda inginkan.
Pastinya Anda juga ingin sepatu bertahan lama dan dapat menunjukkan identitas Anda, sebagai fashion statement atau hanya sekedar sepatu, hip-hop atau pop, seorang atlet, seorang professional, atau atlet professional.
Baca Juga:
Sneakers kini dapat dikategorikan berdasarkan harganya, dibawah US$ 50 atau sekitar Rp 600 ribu-an, sekitar US$ 100 atau sekitar Rp. 1,3 juta-an, dan di atas US $ 500 atau diatas sekitar Rp 6 juta-an. Di balik pembagian kategori ini ada beberapa alasan yang mungkin berbeda dengan apa yang Anda pikirkan selama ini.
Setiap perusahaan sepatu akan mencampur dan mencocokkan pilihan material untuk menghasilkan biaya dan harga yang ideal. Anda mendapatkan apa yang Anda bayar, dan kadang-kadang semua yang Anda bayar adalah untuk identitas merek.
Selain itu produk yang langsung dijual pada konsumen kualitasnya lebih tinggi dan harganya lebih rendah, karena Anda tidak membayar untuk margin keuntungan dari department store. "Konsumen dilatih untuk membeli sepatu yang didiskon. Ini menjadi tekanan untuk brand sepatu lainnya," salah satu pendiri merek sneaker Allbirds, Joseph Zwillinger.
Akhirnya perusahaan mempertimbangkan untuk mengkhususkan pada produksi sneakers, daripada sekedar merek fashion. “Sering kali, sebuah merek mengejar merek lain atau memberikan lisensi mereka, sehingga memberikan kekuatan pada merek untuk tetap mengikuti tren dan label harga dari desainer,” kata direktur desain sekolah sneaker Pensole, Suzette Henry.
Berikut ini perbedaan kualitas masing-masing kategor harga sneakers:
#Di bawah US$ 50 atau di bawah Rp 600 ribu
- Dapat dipakai sehari-hari
- Sol sepatu bagian atas berbahan polyester atau sintetis
- Sol karet sintetis
- Diproduksi di Cina, Vietnam atau Indonesia, atau negara yang kurang berpengalaman memproduksi sneaker
- Pabrik tidak memiliki perlindungan lingkungan, tidak membayar upah hidup, dan pekerja dapat terekspos asap beracun
- Insole adalah lembaran tipis dari karet yang menempel ke bawah
- Beberapa jahitan dibagian dalam kurang nyaman
- Desain sepatu dan warna kurang teliti
- Terpapar lem petrokimia memancarkan senyawa organik volatil (VOC)
- Tidak ada struktur, terlihat berantakan jika tidak dipakai
- Sol yang tidak merata
- Dirancang untuk bertahan selama satu musim sebelum menjadi rusak
#Sekitar US $ 100 atau sekitar Rp 1 juta-an
- Didesain untuk fashion atau untuk dipakai atlet
- Diproduksi oleh brand atletik
- Sol bagian atas dari katun atau sintetis
- Sol karet atau sintetis
- Jahitan tidak terlalu terlihat agar lebih nyaman
- Diproduksi di Korea atau Taiwan, dua negara dengan keahlian terbaik dalam pembuatan sneaker
- Insole yang empuk
- Tergantung pada merek, lem dapat memancarkan VOC atau tidak
- Dirancang untuk bertahan selama beberapa musim sebelum rusak
#Di atas US$ 500 atau di atas Rp 6 jutaan
- Diproduksi oleh label mewah
- Didesain untuk fashion
- Sol bagian atas menggunakan bahan kulit Italia yang berkualitas tinggi atau kulit yang eksotis
- Sol karet
- Diproduksi di Italia, di pabrik dengan kondisi kerja yang aman dan dengan perlindungan lingkungan
- Sol dalam mengandung polyruthane yang dapat menyerap bau
- Jahitan lebih berkualitas
- Bentuk sepatu tetap sama meski tidak dipakai
- Bertahan lebih lama
REFINERY29 | NIA PRATIWI
Baca juga:
Gejala Kanker Payudara Sering Disalahtafsirkan Penyakit Lain
3 Cemilan Sehat Teman Bekerja
Aprikot Kaya Manfaat, tapi Waspadai untuk Balita