TEMPO.CO, Jakarta - Ketika anak jatuh sakit, orang tua tentu merasa sedih, kadang panik dan bingung apa yang harus dilakukan. Apalagi jika si kecil tiba-tiba demam, suhu tubuhnya naik, dan terlihat lesu.
Demam pada anak adalah salah satu hal yang paling sering memicu kepanikan orang tua. Padahal, kalau kita memahami dengan baik seluk-beluk demam anak tak akan ada panik berlebihan. Agar terhindar dari panik ketika anak demam, pahamilah tujuh hal berikut:
1. Demam dimulai pada suhu 38 derajat Celsius
Memeriksa suhu tubuh dengan memegang area kening anak sering dilakukan orang tua. Jangan keburu menduga anak demam jika suhu tubuhnya lebih panas daripada biasanya. Pastikan untuk mengukur suhu tubuh dengan termometer. Anak baru bisa dikatakan demam jika suhu tubuhnya mencapai 38 derajat Celsius. Di bawah itu, anak masih bisa dikatakan normal sehingga tak perlu panik. Teruslah memantau suhu tubuhnya secara berkala jika terjadi gejala lesu pada anak.
2. Demam yang disebabkan infeksi bakteri berbeda dengan demam akibat virus
Demam yang diakibatkan virus muncul ketika daya tahan tubuh anak melawan infeksi virus yang masuk. Umumnya, demam yang disebabkan infeksi virus akan hilang dalam waktu tiga hari, sementara demam akibat infeksi bakteri dapat berlangsung lebih lama. Jika demam berlangsung lebih dari tiga hari, sudah saatnya anak dibawa ke dokter. Apalagi demam karena infeksi bakteri bisa jadi pertanda penyakit yang lebih serius. Antibiotik dibutuhkan dalam penyembuhan demam akibat infeksi bakteri, bukan virus.
3. Demam pada bayi di bawah 3 bulan bukan gejala yang umum
Jika bayi belum genap berusia 3 bulan dan mengalami demam hingga lebih dari 38 derajat Celsius, sebaiknya segera bawa ke dokter. Demam pada bayi di bawah 3 bulan bisa dikatakan sebagai kondisi gawat darurat. Karena bayi usia tersebut belum memiliki sistem imunitas yang sempurna, yang bisa bereaksi ketika mengalami infeksi virus atau bakteri seperti halnya bayi yang lebih besar. Jika tubuhnya tiba-tiba demam, itu bukan pertanda yang sehat tentang sistem kekebalan tubuh.
4. Dubur merupakan tempat mengukur suhu tubuh paling akurat
Kita mungkin biasa mengukur suhu tubuh anak di bagian ketiak atau mulut. Namun para ahli menyebutkan cara paling akurat untuk mengetahui suhu tubuh seseorang dengan menggunakan termometer rektal atau termometer dubur. Itu pula sebabnya obat penurun demam dosis tinggi juga tidak diberikan secara viral tapi melalui dubur.
5. Atasi gejalanya, bukan angkanya
Banyak orang tua berkeyakinan semakin tinggi suhu demamnya semakin parah penyakit anak. Pemahaman ini keliru. Kita perlu mengamati gejala dan perilaku anak. Anak dengan demam lebih dari 39 derajat Celsius masih mungkin terlihat lebih ceria, bisa bermain, dan lincah bergerak.
Sementara ada pula anak yang demamnya hanya berkisar 38 derajat tetapi tampak lesu, sering tertidur, rewel, dan tidak nafsu makan. Daripada hanya berfokus pada angka di termometer, berikan perhatian pada gejala-gejala yang muncul pada anak untuk menentukan tindakan apa yang perlu dilakukan.
6. Gunakan obat-obatan dengan tepat
Setelah usaha menurunkan demam dengan cara alami seperti kompres tidak berhasil, kita boleh menggunakan bantuan obat. Apalagi jika anak terlihat tidak nyaman dengan suhu tubuhnya yang panas, meminumkan obat penurun panas bisa menjadi cara efektif untuk membuatnya lebih nyaman. Namun cermatlah memilih obat dan gunakan dosis yang tepat.
7. Demam adalah gejala yang sehat
Temperatur yang naik adalah cara tubuh bereaksi atas masuknya benda asing seperti virus dan bakteri ke dalam tubuh dan juga pertanda yang sehat. Demam mungkin tidak menyenangkan untuk anak, juga orang tua, tetapi bersyukurlah bahwa sistem kekebalan tubuh anak bekerja sebagaimana mestinya.
Artikel lain:
Kiat Rambut dan Kulit Tetap Sehat Saat Liburan
Manfaat Air Laut untuk Kesembuhan
Cemilan Sehat untuk Ngemil di Kantor