TEMPO.CO, Jakarta - Ibu hamil harus mengkonsumsi nutrisi lengkap untuk menjaga kesehatan calon bayi, sekaligus memastikan perkembangannya kelak ketika dia sudah lahir dan tumbuh. Mikronutrien yang wajib dipenuhi ibu sejak awal kehamilan adalah sam folat, vitamin B12, vitamin B6, vitamin A, antioksidan, zat besi, zinc dan kalsium.
Mikronutrien ini sangat penting untuk menghindarkan anak dari cacat otak, menderita stunting atau bertubuh pendek. Tubuh pendek bisa dicegah sejak bayi berusia kurang dari enam bulan atau bahkan sejak awal kehamilan.
Stunting disebabkan oleh malnutrisi yang dialami bayi, karena ibunya tidak mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup, terutama makanan mengandung seng, zat besi, dan kalsium, sejak awal masa kehamilan. "Kalau sudah telanjur malnutrisi ketika lahir, untuk dikembalikan ke kondisi normal agak sulit," ujar Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Noroyono Wibowo.
Asam folat untuk mencegah kecacatan otak pada anak. Berbeda dengan asam folat yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah, vitamin B12 hanya terdapat pada susu dan produk turunannya seperti keju. Vitamin ini berperan dalam metabolisme energi dalam tubuh, pemeliharaan sel saraf, membantu proses pembentukan molekul DNA dan RNA, serta pembentukan platelet darah. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia dan iritasi kulit.
Seng dan zat besi dapat ditemukan pada makanan seperti daging merah dan kacang-kacangan. Meski begitu, zinc dan zat besi juga bisa ditemukan pada makanan sehari-hari seperti tempe dan tahu. Dua makanan ini sudah bisa memenuhi kebutuhan 27 gram zinc dan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Namun, untuk ibu hamil, kebutuhan zinc dan zat besi bisa meningkat 200 sampai 300 persen. Karena itu ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi suplemen tambahan zinc dan zat besi. Bila suplemen tambahan tidak tersedia, para ibu bisa menggantinya dengan rajin meminum susu kedelai, yang dipercaya sebagai salah satu sumber zinc dan zat besi yang terbaik.
Ahli gizi dokter Widjaja Lukito menjelaskan, masalah pemenuhan gizi ibu sejak awal kehamilan hingga anak berusia dua tahun bukan cuma berhubungan dengan kemampuan ekonomi. Masalah pengetahuan dan kemauan ibu untuk memenuhi gizi anaknya juga menjadi faktor utama.
Widjaja mencontohkan, ada seorang anak yang mengidap obesitas tapi mengalami stunting. Itu adalah bentuk persepsi yang salah dalam hal pemenuhan gizi seimbang. "Masalah persepsi yang salah mengenai pemenuhan gizi ini bisa menjadi beban bagi Indonesia pada masa mendatang," ujarnya.
Berita lainnya:
Nikmati Salad Tuna dan Sayuran yang Sehat
7 Profesi yang Dapat Mengembangkan Minat Anda
Apa Saja Dampak Bahan Pengawet pada Chicken Nugget