TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah temuan mengejutkan datang dari peneliti Rumah Sakit Mass General untuk Anak-anak (MGHfC) dan Rumah Sakit Anak Boston (BCH). Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa satu dari lima anak dengan penyakit celiac mengalami kerusakan usus persisten, meskipun telah menjalani diet gluten free.
Temuan ini konsisten dengan penelitian terbaru pada orang dewasa, yang menunjukkan bahwa lebih dari 33 persen pasien dewasa yang mengikuti pola makan diet gluten free memiliki kerusakan usus akut, berdasarkan hasil tes darah.
Penyakit celiac adalah gangguan pencernaan yang menyerang usus kecil setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung gluten. Gluten adalah protein yang terkandung di dalam roti, biskuit, dan pasta.
"Penelitian ini menegaskan bahwa kita perlu melihat lebih dalam penyembuhan mukosa pada semua pasien, tidak hanya orang dewasa," kata Maureen Leonard, Direktur Klinis Center for Celiac Research and Treatment di MGHfC dan penulis utama riset yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition tersebut.
Temuan dari penelitian ini telah diaplikasikan dalam perawatan klinis di MGHfC. Peneliti memantau sebagian besar pasien anak di atas usia 10 yang dalam proses penyembuhan mukosa dengan endoskopi berulang. Lalu ditindaklanjuti dengan tes darah selama satu tahun pengobatan dengan pola makan gluten free.
Baca Juga:
Meskipun risiko jangka panjang untuk anak-anak dengan kerusakan usus akut tidak jelas, kerusakan pada orang dewasa dikaitkan dengan peningkatan risiko limfoma, kepadatan tulang yang rendah, dan fraktur. Menurut peneliti, "Mal-absorpsi dan peradangan pada anak-anak memiliki dampak negatif pada perkembangan fisik dan kognitif."
Hasil penelitian lain yang mengejutkan Alessio Fasano, Direktur Pusat MGHfC, adalah kadar darah dari autoantibodi IgA TTG tidak akurat mengukur pemulihan mukosa. Bahkan hasil tes darah secara akurat memprediksi hasil biopsi berulang, dan antibodi TTG yang paling efektif untuk diagnosis tidak berguna dalam penyembuhan mukosa.
Fasano menjelaskan, pada 1970-an, dokter anak akan melakukan tiga endoskopi untuk memeriksa penyembuhan setelah pasien terpapar gluten. Pada 1990-an, perkembangan alat screening darah menentukan jumlah endoskopi yang diperlukan untuk perawatan standar dikurangi menjadi 1. Para peneliti, dia melanjutkan, berasumsi bahwa penyembuhan dapat dilakukan melalui pola makan bebas gluten. "Namun ternyata hal ini tidak terjadi untuk semua pasien celiac," katanya.
Penelitian yang dilakukan anggota Program Celiac Penelitian di Harvard Medical School (HMS), kolaborasi antara MGHfC, BCH, dan Beth Israel Deaconess Medical Center ini merencanakan untuk melakukan studi prospektif penyembuhan mukosa pada anak-anak.
MEDICALNEWSTODAY | DINA ANDRIANI
Baca juga:
Waspadai Kanker Usus Besar bila Sulit Buang Air Besar
Sehatnya Buah Kiwi buat Pencernaan
Alasan Kuat agar Anda Mengurangi Konsumsi Minuman Energi