Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pencukit, Pemberi Ruh pada Kain Tenun

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Mardiana, 26 tahun, seorang pencukit atau pembuat motif pada kain tenun asal Kabupaten Ogan Ilir. TEMPO/Rini
Mardiana, 26 tahun, seorang pencukit atau pembuat motif pada kain tenun asal Kabupaten Ogan Ilir. TEMPO/Rini
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu pekerjaan yang tak banyak diketahui orang di dunia kain tenun adalah pencukit. Di Sumatera Selatan, pencukit berarti orang yang membuat motif untuk kain tenun. Singkat kata, pekerjaannya sama seperti desainer yang menentukan bagaimana gaya busana.

Direktur Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Mia Ariyana mengatakan tak semua penenun mampu membuat motif kain yang hendak dibuat. “Kalaupun sudah diajarkan berkali-kali, mereka belum tentu bisa karena prosesnya rumit sekali,” kata Mia kepada Tempo di acara Pameran Produk Perempuan Usaha Kecil Mikro Tenun Tangan Ramah Lingkungan di Jakarta, Selasa 29 November 2016. Buktinya, dari sekitar 2 juta anggota ASPPUK yang bergelut di dunia kain tenun, hanya beberapa orang saja yang mampu membuat motif, salah satunya Mardiana.

Mardiana, 27 tahun, merupakan penenun sekaligus pencukit yang tinggal di Desa Tanjung Laut, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Anak keempat dari lima bersaudara ini belajar menenun dari neneknya sejak usia 11 tahun. Menenun merupakan kegiatan turun-temurun yang digeluti setiap perempuan di kampungnya. Sayangnya, tak satupun anggota keluarganya, bahkan orang sedesa yang mampu membuat sendiri motif untuk kain tenun yang mereka buat.

Berangkat dari situ, perempuan kelahiran 8 Agustus 1989 ini mengikuti pelatihan membuat motif tenun selama enam bulan. Mariana memulai pekerjaannya dengan menggambar motif di atas kertas kotak-kotak atau kristik. Proses ini penting untuk mengetahui hitungan benang masuk-keluar demi menemukan “rumus baku” motif tenun. Kemudian wanita tamatan Sekolah Menengah Atas ini mengimplementasikan rumus tersebut melalui benang yang dililit pada batang daun kelapa atau lidi.

“Kalau sedang mencukit, saya butuh ketenangan karena harus konsentrasi penuh agar tak salah hitung,” ujar Mardiana. Berkat kepiawaiannya, para penenun menjadi pelanggan motif buatan Mardiana. Beberapa motif tenun buatannya antara lain, Bintang Berkait, Nampan Perak, Cantik Manis, dan Tangkai Mawar.


Kain tenun motif Tangkai Mawar buatan Mardiana. (RINI K | TEMPO)

Menurut Mardiana, pekerjaan mencukit memiliki nilai lebih ketimbang menenun. Para pencukit, kata dia, mampu memberikan ruh pada kain tenun melalui motif yang dibuatnya. Selain itu, Mardiana melanjutkan, “uangnya juga lebih.” Satu motif dibanderol Rp 1 juta. Adapun alat cukit dari lidi yang dibuat oleh Mardiana tadi, bisa digunakan berulang kali oleh penenun, asalkan uliran benangnya tidak rusak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejak kecil, Mardiana tak pernah bermimpi untuk menjadi penenun, apalagi pencukit. Saat remaja, dia sempat malas menenun karena ingin mengejar cita-cita menjadi pengacara. Menurut dia, kegiatan menenun di desanya terbilang monoton karena setelah kain tenun jadi langsung dijual atau dipakai sendiri. “Begitu terus selama ini,” ujarnya.

Sampai pada 2013, Mardiana dan sejumlah penenun di desanya mendapat pelatihan bagaimana membuat kain tenun sehingga memiliki nilai jual tinggi. “Caranya, bikin kain tenun dengan menggunakan benang serat alam, sekaligus belajar membuat motif,” katanya. Untuk diketahui, kain tenun yang terbuat dari benang serat alam dihargai lebih mahal ketimbang kain tenun yang menggunakan benang sintetis.

Mardiana mengaku ingin menularkan kemampuan mencukit kepada generasi muda di desanya. Sayangnya, tak semua antusias mempelajari teknik membuat motif karena membutuhkan kesabaran dan ketelitian. “Sebagian besar cuma sanggup belajar 1-2 hari saja,” ujarnya. Mereka beralasan sakit mata karena harus melihat kotak kristik yang kecil dan menghitung setiap helai benang. “Kata mereka, lebih mudah mengetik ketimbang mencukit.”

RINI KUSTIANI

Berita lainnya:
Wanita Australia Bikin Boneka Barbie Menyusui
Kesemutan Pertanda Terjadi Gangguan Kerja Saraf
Tertawa Saat Bekerja Membangun Kekompakan dan Kreativitas

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tampil Kasual dengan Baju Flanel

1 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee


Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

9 hari lalu

Seorang gadis dengan blus ala boho chic menghadiri Coachella Valley Music & Arts Festival 2016, di Indio, California.  Matt Cowan/Getty Images for Coachella
Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.


Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

14 hari lalu

Victoria Beckham. Instagram.com/@victoriabeckham
Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion


Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

18 hari lalu

Terdakwa kasus pencemaran nama baik, Ahmad Dhani mengenakan peci hitam saat menjalani sidang lanjutan di PN Surabaya, Selasa, 12 Februari 2019. Saat ini Dhani sedang menjalani sidang atas kasus yang terjadi di Surabaya. ANTARA/HO/Ali Masduki
Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

29 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

46 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

5 Februari 2024

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.


Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

4 Februari 2024

Pasangan Capres-Cawapres no urut 03,  Ganjar Pranowo-Mahfud MD tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memutuskan untuk mengenakan jaket universitas alias jaket varsity dalam debat capres kelima.