TEMPO.CO, Jakarta - Angka prevalensi merokok di kalangan anak muda Indonesia semakin mengkhawatirkan. Prevalensi perokok usia di bawah 18 tahun meningkat dari 7,2 persen menjadi 8,8 persen pada 2015.
"Target kami, prevalensi perokok usia di bawah 18 tahun menurun menjadi 6,4 persen pada 2016 dan 5,4 persen pada 2019. Namun, kenyataannya, saat ini malah meningkat secara signifikan," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan M. Subuh, Sabtu, 26 November 2016.
Subuh mengatakan prevalensi merokok di Indonesia saat ini sudah mengkhawatirkan. Sepertiga masyarakat Indonesia saat ini adalah perokok. Bahkan perokok usia di bawah 15 tahun di Indonesia saat ini termasuk terbesar di dunia setelah Cina dan India.
Menurut Subuh, perilaku merokok berkontribusi besar menjadi faktor penyebab penyakit tidak menular dibanding faktor risiko yang lain. Seorang perokok memiliki risiko dua hingga empat kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner.
"Sebagai upaya mengendalikan penyakit tidak menular, kebijakan kawasan tanpa rokok menjadi intervensi utama. Kami mengapresiasi pemerintah daerah yang saat ini sudah menerbitkan aturan tentang kawasan tanpa rokok," tuturnya.
Subuh mengatakan pemerintah saat ini terus berupaya mengurangi jumlah perokok. Salah satunya dengan membuka layanan konseling untuk berhenti merokok di banyak layanan kesehatan.
BISNIS
Berita lainnya:
Resep Strawberry Glasses Pudding
Ingin Tubuh Langsing Berbentuk? Cobalah Indoor Cycling
Awas, Pneumonia Bisa Menular Lewat Batuk yang Berdahak