TEMPO.CO, Jakarta - Ingin menikmati masa tua bersama orang-orang terdekat menjadi alasan utama pengusaha Ronald Korompis dan istrinya, Marry Korompis, membangun Bogor Senior Hospital di Jalan Raya Tajur, Kota Bogor. Fasilitas itu merupakan rumah sakit khusus pasien lanjut usia (geriatri) pertama di Indonesia.
#JaketJokowi, Tunggu Stok
Direktur Rumah Sakit Senior Bogor, Elzarita Arbain, mengatakan rumah sakit ini dibangun di atas lahan seluas 10 hektare yang masih berada dalam satu kompleks dengan kediaman pribadi Ronald dan Marry. Rumah pribadi tersebut kerap dinamai “White House” lantaran mirip dengan Gedung Putih-nya Amerika Serikat.
Ditemui di lokasi pembangunan, Elzarita menjelaskan kompleks yang memiliki tujuh gedung setinggi masing-masing empat lantai tersebut didesain ramah lansia. Dia mencontohkan tinggi toilet duduk yang dirancang lebih tinggi dari ukuran normal. Selain itu, di sisi kiri dan kanan toilet disediakan pegangan besi untuk pasien menjaga keseimbangan.
Mekanisme pelayanan kepada pasien juga berbeda dibanding pasien di rumah sakit biasa. Misalnya, pasien yang datang tidak perlu antre, melainkan didatangi petugas. “Pasien cukup duduk santai di lounge,” kata dia. Kelebihan lain rumah sakit berbiaya investasi US$ 20 juta (Rp 260 miliar) ini adalah adanya pusat rehabilitasi dan terapi terpadu.
Rumah sakit ini juga memiliki tempat menginap (living) bagi lansia yang ingin hidup bersama orang-orang seusianya. Fasilitas ini berisi ruang keluarga dan kamar tidur. “Living disiapkan untuk lansia yang dititipkan oleh anaknya yang sibuk, tapi ingin melihat orang tuanya senang dan nyaman,” ujar dia.
Presiden Direktur Bogor Senior Hospital, Suwandi Widjaja, mengatakan Bogor Senior Hospital menyediakan 50 ranjang perawatan, yang secara bertahap akan dikembangkan menjadi 200 ranjang. “Soft launching direncanakan pada Januari 2017,” kata profesor ilmu penyakit dalam itu.
Dia menuturkan, jumlah warga lansia Indonesia (usia di atas 60 tahun) sudah mencapai 22 juta orang atau 9,6 persen dari populasi. Sayangnya, fasilitas bagi warga senior dan jumlah ahli geriatri masih terbatas. “Jumlah dokter geriatri baru 30 orang. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki 17 ribu dokter geriatri,” ucapnya.
Suwandi mengungkapkan, fasilitas khusus bagi lansia diperlukan lantaran metode pengobatan orang tua berbeda dibanding kelompok usia muda. Bagi kelompok usia lanjut, di samping penyembuhan penyakit yang diderita, hal penting lainnya adalah tindakan pencegahan supaya penyakit tidak datang lagi. Warga lanjut usia juga butuh penanganan tenaga perawat yang terlatih.
Terkait dengan perawatan lansia, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa sebelumnya mengimbau keluarga untuk tidak membawa anggota keluarganya yang telah berusia lanjut ke panti. “Lansia harus bersama keluarga,” kata dia.
Menurut Khofifah, pengasuhan lansia oleh anggota keluarga sejalan dengan program dari pelayanan berbasis keluarga Kementerian Sosial. “Perlakuan dari keluarga tentu berbeda ketimbang perlakuan oleh orang lain terhadap lansia,” ujarnya. Meski begitu, Khofifah tidak melarang lansia untuk dirawat di panti, apabila dia sudah tidak memiliki keluarga.
Khofifah menyebutkan, pada 2020 Indonesia akan memiliki jumlah penduduk lansia sebesar 11,34 persen dari total penduduk. Saat ini, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah lansia mencapai 10,3 persen dari populasi atau sekitar 25 juta orang. “Hingga 2030, Indonesia masih memiliki bonus demografi usia produktif. Tapi, setelah itu, penduduk didominasi oleh orang yang mungkin sudah tidak produktif,” ujarnya.
EFRI RITONGA | M. SIDIK PERMANA (BOGOR) | DANANG FIRMANTO
Berita lainnya:
Begini Model Orang Tua Milenial
Menjalin Kedekatan Orang Tua dan Anak Remajanya
Orang Tua Sering Panggil Pembantu, Apa Jadinya Karakter Anak