TEMPO.CO, Jakarta - Tak kurang dari 17,5 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat jantung koroner. Karenanya penyakit ini dikenal dan dijuluki sebagai pembunuh nomor satu di dunia.
Pada dasarnya jantung koroner terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah koroner yang berfungsi mendistribusikan darah dan oksigen ke otot jantung. Penyempitan ini terjadi karena penumpukan lemak di dinding pembuluh darah yang berlangsung bertahap. Penderita penyakit ini biasanya mengeluhkan nyeri di bagian bawah tulang dada sebelah kiri yang disertai keringat mengucur.
Meskipun sangat berbahaya, penyakit ini sebenarnya bisa dicegah sejak awal. Bahkan jika sudah didiagnosis menderita penyakit jantung koroner, perkembangan teknologi kesehatan saat ini sudah bisa melakukan intervensi untuk menyembuhkan penyakit ini.
Ario Soeryo Kuncoro, dokter spesialis jantung sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal I Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), menjelaskan saat ini metode yang diakui di seluruh dunia adalah pemasangan ring dan operasi bypass. Kedua tindakan tersebut bertujuan untuk membebaskan koroner dari sumbatan.
Kendati sudah lama dikenal sebagai penyakit pembunuh, kesadaran masyarakat terhadap jantung koroner masih rendah. Dokter spesialis jantung Rumah Sakit Siloam, Antono Sutandar, mengatakan sebagian besar penderita jantung koroner sudah terlambat saat mendatangi dokter. Bahkan ada juga penderita penyakit ini yang akan menjalani operasi bypass jantung tidak mengetahui penyakitnya tersebut.
“Ada beberapa faktor risiko yang mempercepat terjadinya penyakit jantung koroner, antara lain merokok, obesitas, stres, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, infeksi ginjal dan gangguan kelainan darah,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Faktor gaya hidup juga sangat mempengaruhi penyakit ini. Salah satu kebiasaan buruk yang bisa memicu penyakit ini adalah langsung tidur setelah makan. Antonio menyarankan untuk rutin memakan sayuran dan selalu berolahraga.
Antono melanjutkan, 30 persen penderita penyakit jantung koroner mengalami gejala mirip flu. Akibatnya, banyak penderita yang mengabaikan gejala tersebut sehingga berujung pada kematian. Sebagian besar pasien jantung koroner juga tidak ditangani seperti penanganan flu biasa. Padahal penanganan yang salah pada serangan jantung koroner bisa menyebabkan kematian mendadak.
Menurut dia, serangan jantung sebenarnya bisa diketahui dengan ciri yang khas. Pada 30-40 persen pasien perempuan mengeluhkan rasa tertekan di area dada tengah. Sedangkan pada laki-laki hanya 20 persen yang merasakannya.
Satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti keberadaan penyakit ini adalah dengan melakukan general check-up. Apalagi bagi mereka yang memilik potensi besar terkena penyakit ini akibat faktor gaya hidup, seperti diabetes, perokok, hipertensi, kolesterol tinggi, perempuan menopouse, dan memiliki riwayat jantung dalam keluarga.
Berita lainnya:
Demi Belahan Dada, Khloe Kardashian Ingin Implan Payudara
Memahami Lebih Dalam Soal Kanker Leher Rahim
Berendam Sehat ala January Jones