TEMPO.CO, Jakarta - Restoran Kambing Bakar Cairo di Sungai Sambas III, Barito, Jakarta, bikin penasaran. Ada beberapa pilihan potongan dan berat kambing bakar. Kalau ingin daging empuk dengan sumsum, cobalah bagian punggung. Tapi kalau mau bebas lemak, cukup bagian paha. Soal berat daging, ada tiga pilihan. Untuk satu orang cukuplah yang 250 gram, bagi yang doyan makan boleh pesan yang 300 gram, dan kalau makan berdua, ambil yang 500 gram.
Daging disajikan di atas piring panas. Penampilannya sangat sederhana. Hanya terlihat seonggok daging panggang yang warnanya mengkilap karena minyak. Beberapa sudut hitam kecokelatan. Keistimewaannya baru terlihat saat kita menusukkan garpu ke atasnya. Daging langsung terbelah dengan mudah.
Baca Juga:
Rasanya asin dan gurih. Seorang pelayan menyarankan agar mencocolnya dengan lada, tumbukan cabai, dan kecap manis yang tersedia di piring berbeda. Paduan ketiga bumbu ini memang membuat rasa lemak daging hilang, berganti manis dan pedas. Nasi menjadi penyeimbang rasa antara asin dan manis tersebut.
Untuk mendapat daging empuk dan tidak berbau amis, dibutuhkan waktu yang lama. Pertama, daging diolah selama tiga jam dengan rempah-rempah, seperti jahe dan merica. Kalau pesanan datang, proses pembakarannya membutuhkan waktu 20 menit. Selain cara memasak yang khas, pemilihan dagingnya sangat spesifik. Hanya kambing berusia 3-4 bulan yang mereka masak.
Pada usia tersebut, kambing muda belum memiliki banyak lemak. Tapi teknik pengolahan ini sebenarnya tidak seratus persen asli Mesir. Justru makanan di sana yang khas adalah sayur-sayuran dan kacang-kacangan. Air Sungai Nil menyuburkan hampir separuh tanah permukiman di negara itu. Cara mereka memasak makanannya pun sangat sederhana. Bumbu utamanya ada dua, yakni minyak (biasanya minyak zaitun) dan garam.
Secara keseluruhan, restoran yang awalnya buka di Jalan Gegerkalong, Bandung, ini menyajikan konsep makan enak dengan tempat yang nyaman. Interiornya modern. Asap pembakaran pun tidak masuk ke dalam ruang makan. Klaim yang tertera di plang namanya, “Terlezat ke-2 se-Timur Tengah”. Klaim selanjutnya lumayan membuat penasaran orang yang belum pernah mencobanya. “Anda tidak ketagihan, jangan bayar!"
Berita lainnnya:
Lezatnya Shiratama Parfait di Shirokuma
Menikmati Kerlap Kerlip Bandung di The Peak
Mau Ngopi Berasa Rempah, Tempatnya di KopiRock