TEMPO.CO, Jakarta - Di beberapa negara, setiap satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria berusia di atas 50 tahun berisiko mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Osteoporosis menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh sehingga mudah patah, meskipun hanya akibat terjatuh ringan, terbentur sesuatu, bersin, atau gerakan secara tiba-tiba.
Meskipun osteoporosis merupakan penyakit yang muncul ketika seseorang berusia lanjut, untuk pencegahannya tetap harus dilakukan sejak muda. Selain kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan, yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena osteoporosis, beberapa kondisi tubuh berikut juga patut diwaspadai karena bisa memengaruhi kesehatan tulang di masa depan.
#Indeks masa tubuh (BMI) yang rendah
Mereka yang memiliki BMI di bawah 19 masuk dalam kategori kekurangan berat badan dan berisiko mengalami osteoporosis. Angka BMI yang rendah bisa jadi pertanda bahwa tubuh kekurangan nutrisi dan asupan nutrisi untuk kesehatan tulang, seperti kalsium, protein, dan Vitamin D.
#Kurang gizi
Gizi buruk, terutama pada mereka yang lanjut usia, patut diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko terkena osteoporosis, terjatuh, dan patah tulang. Selalu penuhi asupan nutrisi yang kaya kalsium, protein, sayur-sayuran, dan buah-buahan yang menyehatkan tulang dan otot.
*Kurang vitamin D
Vitamin D penting bagi kesehatan tulang karena membantu tubuh menyerap kalsium. Kekurangan vitamin D merupakan masalah yang umum, oleh karenanya bagi para lansia sebaiknya konsumsi makanan yang mengandung vitamin D dan memperbanyak aktivitas di luar ruangan agar mendapatkan sinar matahari yang merupakan salah satu sumber vitamin D (ingat sinar matahari tidak setiap saat baik untuk kesehatan kulit).
*Sering terjatuh atau pernah mengalami patah tulang
Kualitas pandangan yang berkurang, kehilangan keseimbangan, dan faktor lain yang muncul akibat bertambahnya usia bisa meningkatkan risiko para lansia terjatuh atau mengalami patah tulang, bahkan sekitar 90 persen kasus patah tulang pinggul akibat terjatuh.
Atasi dengan olahraga yang bisa memperkuat otot. Selain itu, bagi yang pernah mengalami patah tulang akibat osteoporosis lebih berisiko mengalami hal yang serupa. Karena itu, selalu periksa kondisi patah tulang yang pertama terjadi.
*Kurang Olahraga
Olahraga yang memperkuat otot dan menggunakan beban perlu dilakukan, seperti dilansir laman Hari Osteoporosis Sedunia. Menurut penelitian, para lansia yang kurang aktif bergerak berisiko besar mengalami patah tulang pinggul dibanding lansia yang aktif.
*Gangguan makan
Gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia akan menyebabkan penurunan berat badan secara drastis dan bisa mempengaruhi kesehatan tulang. Pada perempuan, gangguan makan ini akan berdampak pada penurunan kadar estrogen dan juga mengurangi kadar kalsium.
*Menopause (wanita) dan hipogonadisme (pria)
Wanita yang sedang mengalami pascamenopause, menopause sebelum berusia 45 tahun, atau rahimnya diangkat, lebih rentan mengalami masalah kesehatan tulang. Sedangkan pria yang mengalami hipogonadisme (rendahnya kadar testosteron) memiliki kepadatan tulang yang rendah. Bagi para wanita bisa diatasi dengan terapi pengganti hormon, sedangkan untuk pria bisa diatasi dengan terapi pengganti testosteron.
*Obat dan pengobatan medis tertentu
Beberapa zat dalam obat dan pengobatan medis tertentu bisa melemahkan tulang dan meningkatkan risiko patah tulang. Untuk itu, selalu perhatikan zat yang terkandung di dalam obat yang dikonsumsi.
Artikel lain:
Mendeteksi Penyakit dari Feses
Yang Harus Dipilih dan Dihindari Penderita Hipertensi
Apel dan Selada, Paling Joss Hilangkan Bau Mulut