TEMPO.CO, Jakarta - Ide Boxpark London, yang disebut sebagai mal peti kemas pertama di dunia, merembet ke Jakarta. Di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan, ide serupa ditiru sentra jajanan Southbox.
Sebuah kontainer kosong bercat hitam dengan tulisan "SOUTHBOX" terpampang jelas dari muka, sekitar 500 meter di selatan Kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Tumpukan kontainer aneka warna dan gambar tersusun membentuk formasi U.
Baca Juga:
Dari gaya dan menu yang disajikan, Southbox mengincar anak-anak muda gaul sebagai sasaran. Ternyata, peminatnya meluas. Alsi Mega Marsha Tengker, anggota tim pemasaran Southbox, mengatakan makin ke sini pengunjung tongkrongan itu meluas lintas usia.
Menggunakan konsep industrial dan minimalis, Southbox menyediakan 30-an kios yang terbagi dalam dua tingkat. Tidak ada penempatan khusus, misalnya di lantai dasar khusus menjual minuman. Semua tersebar sporadis. Setiap tenant yang rata-rata merupakan wirausaha muda ini menjual berbagai macam kudapan hingga makanan berat dengan ciri khas tersendiri.
Lihat saja The Halal Bros yang menyediakan menu ala Timur Tengah. Ada juga minikafe yang menggadang sajian Meksiko seperti nanex. Cita rasa lokal pun turut hadir seperti Minang Pride yang menyajikan berbagai pilihan olahan dendeng Padang. Belum lagi Chicken Waffle, Bakmi RN, Sopduren Addict, atau Woodstock Ice Roll yang menyajikan es krim berbentuk unik. Tinggal keliling sembari naik-turun tangga.
Kebanyakan makanan ini disajikan dalam kemasan praktis, seperti wadah plastik atau mangkuk kertas. Meski didominasi pedagang makanan, di Southbox juga masih ditemukan toko yang menjual sepatu, pernak-pernik, bahkan kembang. "Kami memang ingin jadi wadah bagi para entrepreneur muda," kata Marsha.
Berada di ruang terbuka membuat Southbox enak untuk disambangi sore ke malam hari. Apalagi kalau cuaca cerah dan jadwalnya purnama tiba. Pengelola menyadari gerahnya siang Jakarta sehingga jam operasinya terbatas mulai pukul 15 hingga 22 di Senin sampai Kamis. Mereka tutup dua jam lebih malam untuk hari Jumat. Khusus untuk Sabtu dan Minggu, Southbox buka hingga pukul 1 dinihari.
Tongkrongan anyar itu bisa memuat 150–200 pengunjung. Area di tengah-tengah merupakan titik terluas yang dipenuhi meja kursi bagi pengunjung. Beberapa tempat duduk disebar di beberapa titik, termasuk di bagian atas. Penampilan musik atau nonton bareng menjadi hiburan yang cukup rutin dipertunjukkan. Terletak di pinggir jalan, Southbox cukup menarik perhatian. Saat Tempo berkunjung ke Southbox pada hari kerja, lokasi itu tetap ramai. Semua kursi nyaris dipenuhi orang berpakaian kerja, pasangan kekasih, dan sekelompok anak muda.
Selintas apa yang dihadirkan di Southbox mengingatkan akan pusat jajanan yang sama-sama berada di kawasan selatan Jakarta, Pasar Santa. Bedanya, Santa mendesain ulang konsep pasar tradisional untuk dijadikan sentra jajanan dan segala pernak-pernik. Mereka juga menyiasati sumpeknya area indoor Pasar Santa dengan konsep terbuka dan bandela atau peti kemas tersebut.
Berita lainnya:
Rumah Makan Cina Orisinal di Bandung
Rebutan Saung Sangkar Burung di Restoran Saung Layaran Ancol
Menjajal Teh Susu Khas India di Kedai Teko Bandung