TEMPO.CO, Jakarta - Penebalan otot jantung tidak hanya terjadi akibat obesitas tapi juga karena intensitas olahraga yang terlalu berat. Oleh karena itu, pintar-pintarlah memilih jenis olahraga.
Wakil Sekjen I Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, menyarankan masyarakat menyeimbangkan olahraga isotonik dan isometrik. Olahraga isotonik menyebabkan kontraksi otot secara dinamis. Sebaliknya, jenis olahraga isometrik menyebabkan otot tetap statis.
"Kalau memang mampu, sebaiknya seimbangkan olahraga kardio, seperti jalan (isometrik) dengan olahraga angkat beban (isotonik)," tuturnya ketika ditemui seusai konferensi pers menyambut Hari Jantung Sedunia, pada Rabu (28/9) di Jakarta.
Penebalan otot jantung tersebut bisa mengarah pada kasus kematian mendadak jika intensitas olahraga dinaikkan secara tiba-tiba.
"Karena ketika melakukan olahraga yang berat, seperti angkat beban, akan terjadi peningkatan tekanan darah mendadak. Bagi yang belum terbiasa melakukan olahraga ini, risiko kematian mendadak bisa meningkat," tambahnya.
Sedangkan bagi mereka yang pernah mengalami serangan jantung, dokter Ario mengingatkan bahwa jenis olahraga yang cocok adalah jenis isometrik seperti berjalan misalnya.
Artikel lain:
10 Manfaat Memelihara Anjing bagi Manusia
12 Cara Sederhana Atasi Masalah LambungJangan Takut Makan Petai, Banyak Manfaatnya lho!