TEMPO.CO, Jakarta - Sifat alami anak adalah gemar meniru seseorang. Orang itu bisa rekan sepermainannya, atau orang dewasa. Jika anak lebih banyak mengikuti gaya orang lain, jangan berprasangka buruk dulu, karena bisa saja ada hal yang mereka pelajari dari orang lain yang gayanya mereka tiru.
Menurut guru drama dari Binus International School Danang Hidayatullah, banyak aspek pendidikan yang bisa diserap oleh seorang anak dalam kegiatan belajar seni akting atau drama. Di antaranya, anak belajar untuk fokus, konsentrasi, dan improvisasi. Dalam sebuah drama, ia melanjutkan, anak-anak mengikuti keseharian si tokoh lewat latihan-latihan yang diberikan. “Di sinilah anak belajar untuk fokus pada apa yang dilihat, konsentrasi supaya naskah yang diucapkan tidak salah, dan berimprovisasi atas gaya yang diperankan,” katanya dalam sebuah seminar pendidikan di Jakarta.
Selain itu, lewat belajar seni peran, seorang anak belajar untuk mengasah personal and social development yang ia miliki, yakni lewat bagaimana cara mengapresiasi orang lain. Saat diajarkan drama, anak melakukan observasi yang tiada batas sehingga timbullah rasa bangga terhadap peran yang dia bawakan atau dibawakan rekan-rekannya.
Lalu bagaimana mekanisme pembelajaran drama yang efektif? Menurut Danang, ada tiga elemen dasar dalam mempelajari seni akting. Ketiganya adalah, creative movement atau olah tubuh, improvisation atau berimprovisasi, dan role play atau bermain peran. “Anak-anak paling suka memerankan sesuatu dan memindahkannya ke panggung. Di situlah mereka belajar bertanggung jawab untuk bisa memberikan performa terbaiknya,” kata Danang.
D.A. CANDRANINGRUM
Baca juga:
Anak Kurang Tidur, Tinggi Badan Tak Optimal
Apa Saja Penyebab Munculnya Fobia pada Anak
Belajar Prinsip Dasar Parenting dari Hewan, Kenapa Tidak?