TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua mengajarkan anak untuk selalu bersikap sopan dan rendah hati kepada siapa pun. Namun orang tua juga harus mengajarkan anaknya untuk berani melawan ketika mendapat perlakuan kasar.
Psikolog dari Ashanda Consulting, Ashinfina Handayani, mengatakan dalam diri setiap individu ada yang namanya mekanisme pertahanan diri. Tapi seberapa besar efektivitas pertahanan diri ini sebaiknya dikomunikasikan dengan anak. "Tentunya disesuaikan dengan perkembangannya," kata Ashinfina atau biasa disapa Sinta.
Komunikasi bisa dilakukan secara verbal kepada anak yang sudah berusia 1,5 tahun. Pada usia ini, biasanya anak sudah mulai berinteraksi secara sosial dengan individu di sekitarnya. Anak sudah mulai banyak mengenal orang lain di luar keluarga inti dan mulai bermain dengan anak seusianya.
Memang terkadang muncul benturan ketika anak bertemu dengan individu lain yang tidak berlaku seperti dirinya. Hal ini dapat diantisipasi sejak awal. Caranya, anak diperkenalkan sikap asertif dalam berperilaku dengan orang lain. Seperti sikap menghormati milik orang lain. "Bukan berarti mengalah lho ya," kata Sinta.
Jika sudah telanjur terjadi kekerasan terhadap anak, orang tua harus menjelaskan bahwa mungkin saja temannya itu sedang tidak mau diganggu atau sedang ingin main sendiri dengan mainannya. Atau bisa juga mengalihkan anak dengan mainan lain yang mungkin saja bisa lebih menarik.
Mengajarkan dan mendidik anak sebaiknya memang dengan cara memberi contoh dan teladan yang baik. Tapi ada kalanya orang tua menjelaskan beberapa contoh perilaku yang tidak baik, sehingga anak pun dapat melihat bahwa terdapat hal tidak baik atau tidak menyenangkan. "Life is not easy," ujar Sinta mengutip bapak psikologi Austria, Sigmund Freud.
Berita lainnya:
Legitnya Kue Kemojo
Langkah Praktis Menata Kulkas
Kulit Kepala Kering dan Gatal? Oleskan Saja Lidah Buaya