TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas menjadi salah satu masalah pelik bagi kesehatan dunia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, 15 persen kaum wanita di Indonesia tercatat menderita obesitas pada 2007. Angka ini meningkat hingga 35 persen hanya dalam kurun 9 tahun.
Oleh WHO, Indonesia ditempatkan di jajaran lima besar sebagai negara di Asia Tenggara dengan populasi obesitas terbanyak. Jumlah penderita obesitas di Indonesia diprediksi mencapai 21 persen dari total populasi.
Bagi penderita obesitas morbid (sangat gemuk), cara paling mudah mengatasi persoalan tersebut adalah dengan operasi bariatrik. Salah satunya dengan metode pemotongan 75 persen dari kapasitas lambung atau yang dikenal dengan nama laparoscopic sleeve gastrectomy (LSG).
Namun teknik pembedahan ini tidak bisa dilakukan sembarangan. Tenaga kesehatan yang akan melakukan pembedahan biasanya mensyaratkan beberapa hal kepada pasien. Salah satunya pasien harus lebih dulu menjalani upaya penurunan berat badan secara konservatif, yaitu dengan menerapkan gaya hidup sehat dan diet ketat.
Ahli nutrisi asal Amerika Serikat, Jina Hong, menyarankan hal-hal sederhana, seperti mengatur sarapan sehat dan memperbanyak aktivitas fisik. Saat sarapan, misalnya, upayakan mengkonsumsi lebih banyak kalori. Sebaliknya, ketika makan malam, konsumsi kalori justru harus lebih sedikit. Menyerap terlalu banyak karbohidrat dari makanan pokok, seperti nasi dan mi, juga tidak bagus untuk penderita obesitas.
Baca Juga:
“Karbohidrat yang dikonsumsi terlalu banyak akan menjadi energi yang sia-sia dan diubah tubuh menjadi lemak," ujarnya dalam workshop “Bye Bye Lemak” di Jakarta, pekan lalu.
Beberapa zat yang terkandung dalam makanan diketahui mampu membantu penurunan berat badan. Jina menyarankan untuk mengonsumsi teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Ekstrak teh hijau diketahui bermanfaat mengurangi lemak di sekitar pinggang. Makanan lain yang juga disarankan antara lain rumput laut cokelat, kacang putih, dan kacang kedelai.
Dari sisi aktivitas fisik, Jina menyarankan membiasakan berjalan hingga 10 ribu langkah setiap harinya. Aktivitas fisik semacam ini akan membantu tubuh menyerap insulin sehingga mencegah risiko penyakit diabetes. Jika konsumsi karbohidrat terlalu banyak, gerakan tubuh akan dikonversi menjadi energi sehingga mengurangi produksi lemak.
Bagi mereka yang memang tidak terlalu menyukai olahraga, saran Jina untuk berjalan hingga 10 ribu langkah per hari mungkin terdengar berat. Namun hal ini sebenarnya bisa disiasati dengan mengubah beberapa kebiasaan sehari-hari.
Berita lainnya:
Bersihkan Mainan Anak agar Tidak Jadi Sarang Kuman
Trik Make-up Singkat untuk Mahasiswi
Kendall Jenner Buat Krim Anti-Jerawat, Dermatolog Akui Ampuh