TEMPO.CO, Jakarta - Ketika berada di rumah sakit, baik pasien maupun pengunjung rentan terinfeksi dan terpapar penyakit. Di dunia kesehatan, istilah ini dikenal dengan nama infeksi nosokomial. Infeksi ini didapat pasien ketika berada di rumah sakit. Sampai saat ini infeksi tersebut merupakan musuh bersama di rumah sakit seluruh dunia.
Gejala infeksi nosokomial umumnya disebabkan oleh beberapa mikro organisme, seperti methicillin resisten staphylococcus aureus(MRSA), extended spectrum beta lactam (ESBL), klebseilla pneumonia carbapenemase (KPC), dan pseudomonas aeruginos. Infeksi ini biasanya ditandai dengan waktu. Jika terjadi 48 jam atau 2 hari sejak pasien masuk rumah sakit, kemungkinan besar telah terjadi infeksi nosokomial.
Berdasarkan data WHO 2016, tercatat 7 kasus dari 100 penderita masuk rumah sakit di negara berkembang dan 10 kasus dari 100 orang di negara sedang berkembang yang terkena infeksi ini. Lantas, apa yang terjadi ketika pasien terkena infeksi nosokomial?
Ketua Program Studi Imunologi Pascasarjana Universitas Airlangga, Agung Dwi Wahyu mengatakan infeksi nosokomial bisa menyebabkan pasien terkena berbagai penyakit dengan gejala yang berbeda. Adapun sejumlah penyakit yang rentan ditemui, antara lain infeksi saluran kemih, infeksi aliran darah, pneumonia dan infeksi pada luka operasi. “Infeksi nosokomial ini termasuk salah satu penyebab kematian terbesar pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit,” ujarnya.
Guna menanggulangi infeksi tersebut, sejumlah penelitian telah dilakukan dalam dunia kesehatan. Salah satunya dilakukan oleh Kayapan Satya Darshan, pengusaha sekaligus innovator kelahiran Medan.
Kayapan menciptakan zak aktif dalethyne yang bisa dimanfaatkan untuk membunuh kuman hingga lebih dari 50 persen. Zat ini terdiri dari empat senyawa, yaitu peroksida, anisidine, yodium dan aldehid. “Selama bertahun-tahun saya menciptakan mesin khusus yang dapat memisahkan komponen penting pada minyak menggunakan oksigen,” ujarnya.
Sejumlah peneliti dari Universitas Airlangga juga telah menguji keberhasilan zat aktif tersebut. Agung, yang menjadi ketua tim penguji mengatakan studi lebih lanjut akan membuat zat dalethyne mampu membunuh kuman secara total. Dia pun menyarankan agar rumah sakit dan layanan kesehatan lain menggunakan zat tersebut sebagai terapi utama penanganan infeksi.
Menurut ahli bedah plastik, Donna Savitry, kunci untuk terjadinya penyembuhan luka secara cepat adalah dalam keadaan aseptik (bebas dari kuman, virus, jamur, bakteri dan mikroorganisme lainnya). Selain itu, luka juga harus dalam keadaan lembap, tidak dalam keadaan basah ataupun kering. “Dalam hal penyembuhan luka yang saya amati, salep yang mengandung dalethyne secara lokal sangat mengeliminasi bau dan nanah yang berarti membunuh kuman penyebabnya,” paparnya.
Berita lainnya:
7 Makanan yang Bermanfaat Luar Biasa buat Rambut
Waspada, Masker Kertas Wajah Ternyata Bisa Berbakteri
Kim Kardashian Jalani Diet Khusus, Berat Badan Susut 30 Kilogram