TEMPO.CO, Jakarta - Keinginan setiap wanita dalam hidup adalah menemukan pasangan idaman, yaitu seorang lelaki yang memiliki semua kriteria terbaik.
Sayangnya, tidak semua wanita beruntung mendapatkan pria idaman secara “cuma-Cuma”, yang sekonyong-konyong datang dalam bentuk sempurna dan mendampingi kita. Lelaki idaman jangan hanya ditunggu, tapi juga harus dicari. Jadi jangan hanya bisa bermimpi. Menemukan pasangan idaman membutuhkan sikap realistis.
“Terkadang Anda harus menghapus dan menulis kriteria yang baru untuk membuat sosok laki-laki tersebut lebih nyata,” kata Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.
“Mengubah, atau lebih tepatnya menurunkan standar kriteria, tidak selamanya buruk. Kriteria yang baru bisa jadi sesuatu hal yang benar-benar Anda butuhkan dan membuat Anda lebih bahagia daripada sekadar kriteria pria idaman semua wanita,” ujarnya.
Bagi yang (telanjur) menikah, tidak berarti hilang kesempatan mendapatkan pendamping idaman. Bukan dengan cara mengganti pasangan, melainkan bertindak aktif bersama pasangan untuk bersama-sama menciptakan karakteristik pasangan idaman. “Asal ada niat baik demi kebaikan bersama, boleh saja perempuan berusaha menjadikan suaminya seorang pendamping idaman,” ucap Anggia.
“Tapi, baik 'to get' (mendapatkan) atau 'to create' (menciptakan), terdapat satu prinsip dalam interaksi dua manusia, yakni pasangan adalah cerminan diri kita sendiri. Jadi, sebelum kita bicara tentang 'to get' dan 'to create', para perempuan harus menjadi gentlewoman, pendamping idaman bagi pasangannya, terlebih dulu,” katanya.
Berita lainnya:
Relaksasi dengan Seremoni dan Mojito Kiwi
Kentang Sebaiknya Tak Masuk Kulkas, Ini Alasannya
Menikmati Seafood di Jamuan Samudra Jakarta