Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Malas Bergerak Berhubungan dengan Tingkat Kecerdasan

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi. njfamily.com
Ilustrasi. njfamily.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Apakah Anda merasa begitu malasnya sampai seolah tenaga di tubuh disedot oleh bantal atau sofa? Rasa malas, menurut studi di Amerika Serikat baru-baru ini, ternyata berkaitan dengan tingkat kecerdasan.

Seperti ditulis media kesehatan Amerika Serikat, Medical Daily, penemuan itu berawal dari rasa penasaran Todd McElroy terhadap stereotipe anak sekolah menengah atas. Dia ingin membuktikan penggambaran apakah benar siswa kutu buku identik dengan rajin dan penggemar olahraga cenderung pemalas?

Peneliti dari Florida Gulf Coast University ini memulai risetnya dengan menyaring 60 siswa untuk dijadikan subyek penelitian. Dia membagi mereka menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 30 siswa yang cenderung mampu berpikir kuat, yang diklasifikasikan sebagai "pemikir". Adapun 30 siswa lainnya, yang lebih suka menghindari tugas-tugas sekolah, masuk kelompok kedua yang diklasifikasikan sebagai "bukan pemikir".

Lalu, McElroy memberi serangkaian pertanyaan yang disebut "need for cognition" kepada 60 siswa itu. Tes ini cukup sederhana. Para siswa hanya perlu menilai seberapa setuju mereka dengan pernyataan, seperti "saya akan berpikir keras jika diperlukan" atau "saya menikmati tugas baru yang diberikan dengan solusi-solusi baru untuk memecahkannya". Setelah menjalankan serangkaian tes tertulis, McElroy memasang akselerometer pada pergelangan tangan mereka. Gunanya untuk mengukur tingkat keaktifan fisik selama sepekan.

Hasilnya, kelompok pertama menunjukkan kegiatan fisik yang lebih rendah ketimbang kelompok kedua. Perbedaan itu muncul pada hari sekolah, yakni Senin sampai Jumat. Namun tak ada perbedaan gerak tubuh yang signifikan dari kedua kelompok pada Sabtu dan Ahad. Artinya, kelompok siswa yang dikenal sebagai kutu buku dan pintar tidak banyak aktif secara fisik alias lebih malas ketimbang siswa yang bukan pemikir.

McElroy mengatakan kelompok bukan pemikir mengganti aktivitas berpikir dengan aktif secara fisik karena mereka ingin sedikit berpikir dan cepat bosan. “Pemikir cenderung menghabiskan waktu lebih banyak untuk berpikir ketimbang bergerak, sementara kelompok kebalikannya perlu merangsang pikiran dengan aktivitas fisik,” kata McElroy, seperti ditulis harian Inggris, Telegraph.

Hasil penelitiannya juga mengungkap bahwa siswa yang pemikir umumnya cenderung introvert dan menghindari sosialisasi agar aktivitas berpikir mereka tidak diganggu oleh hal lain. “Mereka cenderung mencari waktu dan kesendirian untuk memanfaatkan kecerdasan mereka serta mengeksplorasi pikiran mereka. Itu sebabnya, kecil kemungkinan mereka mau bersosialisasi atau mencari kegiatan yang menyita waktu mereka,” kata McElroy.

Dia lantas memberikan rekomendasi berdasarkan studi yang dilakukan. "Untuk orang-orang yang malas bergerak, sepintar apa pun, harus menjadikan kesehatan sebagai tujuan utama agar aktif bergerak," ujar McElroy. "Kesadaran adalah kunci penting bagi seorang yang pintar untuk mengatasi kemalasannya."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Studi ini lalu diterbitkan oleh Journal of Health Psychology. Meski sampelnya sangat kecil, penelitian McElroy dikategorikan "amat signifikan" dan "kuat secara statistik". McElroy menganjurkan agar studi ini dikembangkan sehingga dapat menghasilkan temuan yang lebih signifikan.

Selanjutnya: Kemalasan dipengaruhi faktor genetika

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

11 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.