TEMPO.CO, Jakarta - Berulang kali mengalami kegagalan dalam berbisnis kuliner tidak membuat Sri Ekawati patah semangat. Wanita yang akrab disapa Eka ini terus mencari peluang lain hingga akhirnya mendulang sukses lewat usaha pizza yang diberi label Rumah Pizza. Dalam sehari, puluhan loyang pizza terjual.
Eka mulai bisnis kuliner sejak 10 tahun lalu. Awalnya berjualan siomay, lalu steak, brownies, hingga ayam goreng. Semua bisnis itu dijalankan menggunakan gerobak sederhana. Sayang, semua bisnis itu tidak berkembang sesuai harapan Eka. Eka pun rugi hingga puluhan juta rupiah.
Dari kegagalan tersebut, Eka melakukan evaluasi dan mencari penyebabnya. Ternyata penyebab utamanya adalah faktor karyawan atau penjaga gerobak.
“Produknya bagus tapi karyawannya malas-malasan menjualnya. Dampaknya, target penjualan tidak tercapai. Masalah lainnya, saat usaha sudah mulai bagus, eh karyawan berhenti. Saya pusing memikirkan masalah karyawan,” beber Eka yang ditemui di rumahnya yang juga merangkap tempat produksi Rumah Pizza di Pondok Gede, Bekasi, Rabu, 10 Agustus 2016.
Tak ingin kembali merugi, Eka pun ganti strategi. Wanita berusia 43 tahun ini ingin menjajakan dagangannya di gerai atau kafe. Namun, belum sempat mewujudkan rencananya, ia malah memilih rehat berbisnis dan fokus mengurus suami dan ketiga anaknya. Saat itulah ide bisnis menjual pizza muncul.
“Awalnya, anak saya minta dibuatkan pizza untuk berbuka puasa. Saya buat pizza sendiri, mulai dari kulit dan topping-nya. Pizza itu saya foto lalu diunggah ke Facebook dan BBM (Blackberry Mesenger). Di luar dugaan, ternyata ada banyak yang pesan pizza ke saya. Saya melihat ada peluang besar di usaha pizza. Dari situlah ide mendirikan Rumah Pizza tercetus,” beri tahu Eka.
Eka memilih menjual pizzanya secara daring dan pesanan lewat telepon. Metode penjualan seperti itu membuat harga pizza buatannya menjadi lebih murah karena tidak lagi menyewa tempat dan menggaji karyawan yang menjaga gerobak. Tersedia enam pilihan topping pizza, yaitu sosis, smoked beef, tuna, beeflover, jamur dan tuna jamur.
“Harga pizza yang saya jual jauh lebih murah dibanding pizza lain. Satu loyangnya cuma Rp 40 ribu. Untuk pizza dengan topping tuna harganya Rp 50 ribu. Coba bandingkan dengan harga pizza yang lain,” Eka berpromosi.
Ke depan, Eka berencana membuka kafe atau gerai untuk menjual pizzanya. Dengan memiliki tempat yang bagus, Eka optimistis pelanggan pizzanya kian banyak dan bisnisnya kian besar. “Agar masalah karyawan tidak terulang, saya harus terjun langsung mengawasi kafe itu,” pungkasnya.
Berita lainnya:
Menyatakan Cinta Terlebih Dulu, Siapa Takut?
Memakai Lensa Kontak saat Tidur Berisiko Kebutaan
Jangan Lirik Sebelah Mata Sayuran yang Tidak Menarik