TEMPO.CO, Jakarta - Ngidam dalam pemahaman awam adalah rasa mual di masa kehamilan muda, yang membuat ibu hamil uring-uringan dan merasa ingin ini dan itu. Ada yang ingin sesuatu dalam bentuk barang, ada juga yang dalam bentuk perhatian.
Teori kedokteran ataupun psikologi tidak mengenal istilah ngidam. "Ngidam itu tidak ada,” kata Anggia Chrisanti, konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria. “Yang ada adalah perubahan hormonal, perubahan dalam diri, saat kehamilan baru saja terjadi."
Atau, secara lebih spesifik, munculnya suatu keinginan pada ibu hamil didasari ketakutan yang tidak disadari akan munculnya anak. Belum apa-apa, kalau suami pulang kerja, langsung lebih fokus ke kehamilan. Dulu jarang menelepon, sekarang jadi sering menelepon istri hanya untuk bertanya tentang kondisi kehamilan.
“Sikap khawatir suami yang berlebihan terhadap calon anak, bisa memunculkan kecemburuan pada istri. Belum apa-apa sudah dinomorduakan. Maka muncul kepengin ini dan itu yang menuntut peran suami,” kata Anggia.
Lantas, bagaimana seharusnya seorang suami dan istri bersikap agar masalah ngidam bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dalam melatih kekompakkan dan kemesraan? Jangan sampai ngidam membuat suami senewen dan memantik konflik rumah tangga.
Untuk pasangan yang masa pacarannya sebentar, ngidam acapkali dijadikan aji mumpung mendapatkan perhatian yang sebelumnya tidak sempat diterima. Sedangkan bagi pasangan yang pacarannya lama, ngidam muncul karena rasa cemburu. Sebab, suami menjadi lebih perhatian kepada calon bayi. Berdasarkan latar tersebut, Anggia memberikan tip yang sebaiknya dipahami dan dilakukan suami dan istri.
Menggunakan logika sekalipun, datangnya ngidam saat hamil tetap tidak mampu dikendalikan. Maka harus ada kesepakatan tidak resmi antara suami dan istri, agar ngidam tidak menjadi pemicu pertengkaran.
- Yang harus dilakukan suami
Ketika terjadi kehamilan pertama kali pada istri, yang sekaligus merupakan anak pertama Anda, jangan sampai ditanggapi dengan euforia. Suami harus sadar bagaimana membangun sikap mendukung. Mulainya belajar memahami perubahan pada istri, termasuk rasa tidak nyaman yang dia alami.
Tumbuhkan rasa percaya kepada sang istri, bahwa 'saya senang, saya bersyukur, namun saya akan tetap memberikan porsi kamu'. Jadilah suami “SIAGA”, yang sebelum diminta pun, sudah memberikan perhatian lebih. Hargai dan tetap tunjukkan rasa sayang kepada istri. Dengan bersikap seperti ini, istri pun tidak akan memanfaatkan situasi ngidam dengan meminta yang aneh-aneh.
- Yang harus dilakukan istri
Tumbuhkan rasa percaya pada suami, bahwa Anda akan menjaga baik-baik anak dalam kandungan. Misalnya dengan tetap mengusahakan makan walau perut terasa mual, bersikap tidak gegabah di keseharian yang sekiranya bisa membahayakan janin, dan lain sebagainya.
Kalaupun memang ingin dimanja suami, mintalah sesuatu dalam kewajaran. Jangan lupa menyisipkan pemahaman-pemahaman tentang apa yang menjadi kebutuhan Anda kepada suami. Ini celah untuk para istri memberi pengetahuan tentang masa kehamilan awal yang tengah dijalani.
Misalnya, ketika mual, bukannya Anda tidak mau makan, hanya tidak tahu harus makan apa. Dengan pelan-pelan mengutarakan hal ini, suami pun akan berusaha memahami dan memenuhi kebutuhan Anda.
Berita lainnya:
Takaran Konsumsi Garam yang Pas untuk Anak
Saran Psikolog Supaya Cepat Dapat Jodoh yang Cocok
Mendadak Diabetes Saat Hamil, Apa yang Harus Dilakukan?