TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang tua yang masih ingat bagaimana anak-anak mereka yang memeluk erat paha ayah atau ibunya, atau enggan berbicara dengan orang yang baru dikenal. Ketika anak bertambah usia dan sikapnya masih begitu, tak sedikit orang tua yang merasa khawatir. Bisa jadi itu pertanda anak pemalu dengan indikasi agak penakut, enggan berinteraksi dengan orang lain, dan lebih banyak bermain sendiri dibandingkan dengan teman-teman sebayanya.
Heidi Gazelle, dosen senior bidang psikologi perkembangan di Universitas Melbourne, Australia, menjelaskan bagaimana rasa malu lebih mengkhawatirkan bila bersifat permanen, bukan kadang-kadang. Seperti yang ditulisnya untuk The Conversation, Gazelle menerangkan kapan orang tua harus khawatir dalam menghadapi anak pemalu dan penakut.
Beberapa anak memang memiliki tendensi lama dalam beradaptasi. Namun, setelah beberapa waktu, mereka mulai membuka diri dan mau berinteraksi dengan orang lain. Tak sedikit pula anak yang tidak pemalu lagi setelah bersekolah.
Namun ada pula anak yang tetap pemalu sampai dewasa. Anak yang malu bergaul dengan anak lain lebih mengkhawatirkan dibanding anak yang malu bergaul dengan orang dewasa. Jika anak merasa takut kepada orang dewasa, terutama laki-laki, itu wajar. Tapi bila takut dengan sesama bocah sebaya, hal itu patut jadi perhatian. Terlebih lagi bila anak memilih bermain sendiri padahal di sekitarnya banyak teman seusia.
Ketika anak bergaul dengan teman-temannya, ia akan belajar bersosialisasi dan memahami perasaan orang lain. Anak juga akan belajar bergiliran ketika bermain dan bercakap-cakap, serta perilaku sosial lain. Anak-anak yang ogah bersosialisasi tak akan mengalami semua proses belajar tersebut. Akibatnya, kerja otak, kemampuan sosial, dan perasaan mereka tidak sematang anak-anak seusianya.
Setelah agak besar atau remaja, anak-anak pemalu ini bisa dikucilkan oleh teman-temannya atau menjadi korban perisakan akibat tak punya kawan. Anak lelaki yang pemalu biasanya mendapat lebih banyak kesulitan dibanding anak perempuan. Mungkin karena selama ini sudah dikenal norma anak laki-laki itu harus berani.
Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk membuat anak-anak tidak pemalu dan penyendiri lagi. Bila perlu, mintalah bantuan psikolog anak bila menilai sikap pemalu anak sudah sangat parah, misalnya tak mau diajak ke pertemuan keluarga atau hadir di pesta ulang tahun temannya.
DAILYMAIL | PIPIT
Berita lainnya:
Rajin Membaca Buku Bikin Panjang Umur
8 Alasan Cinta Bisa Bikin Orang Mabuk Kepayang
Kalau Hidup Begini Terus, Kapan Kamu Bertemu Kekasih?