TEMPO.CO, Jakarta - Setiap anak pada dasarnya senang menggambar. "Jarang kita menemui anak yang tidak suka dengan kegiatan ini," kata Maria Herlina, LMSi, psikolog dari Universitas Indonesia, ketika menjadi pembicara dalam pelatihan menggambar untuk guru TK di Jakarta.
Anak tidak dapat dipaksa menggambar atau melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai. Masalahnya, bila si anak tahu sedang dinilai, kegiatan menggambar akan dirasa menjadi beban. Padahal, dari aktivitas tersebut, guru dan orang tua bisa mendapat keuntungan, baik sebagai sarana belajar maupun untuk mengetahui kondisi psikologis si anak.
Selain itu, dia menyarankan, perlu diciptakan rasa nyaman saat anak berkreasi atau mengekspresikan perasaannya lewat gambar. Untuk mengetahui suasana hati seorang anak, tidak sulit. Cermati obyek yang digambar dan warna yang dominan saat itu. "Anak yang saya amati umumnya menggunakan warna merah untuk menggambarkan kalau dia sedang mengalami masalah dengan perhatian. Sementara itu, gelap untuk kesedihan," kata Maria.
Psikolog yang juga menjadi pengajar di Universitas Krisna Dwipayana Jakarta ini pernah menghadapi anak yang sedang menghadapi problem keluarga. Kekesalannya ditumpahkan lewat tarikan garis yang tajam. Tak jarang, anak yang bermasalah ini memegang pensilnya begitu kencang hingga kertas jadi lecek, bahkan sobek.
Ada lagi anak yang punya kebiasaan menggambar sambil bercerita. Situasi semacam ini bisa jadi sarana yang baik bagi orang tua untuk menjalin komunikasi dengan anak.
Berita lainnya:
Merekam Lewat Gambar
Wajib Investasi 3 Fashion Item buat Perempuan
Janganlah Memarahi Anak yang Corat-coret di Dinding