TEMPO.CO, Jakarta - Komunikasi yang lancar antaranggota keluarga bisa membuat rumah ibarat surga. Sebaliknya, macetnya komunikasi dalam keluarga bisa mengubah rumah bak neraka. Membangun komunikasi yang baik dengan cara bercengkerama akan lebih efektif di dalam keluarga.
Hanya saja, masih banyak orang tua yang tak sempat bercanda dengan anak-anak mereka. Itu bisa terjadi karena kesibukan di tempat kerja, kemacetan lalu lintas yang membuat mereka kelelahan saat tiba di rumah, atau waktu istirahat yang semakin pendek. Saat anak masih kecil, orang tua cenderung tak mengalami kesulitan berkomunikasi dengan mereka. Tapi setelah anak-anaknya sekolah, kesulitan itu mulai terasa.
Menurut psikolog keluarga Rose Mini, orang tua supersibuk perlu lebih kreatif dalam membangun komunikasi. Waktu dan tempat hanyalah pendukung. Yang terpenting, sampainya pesan kebersamaan bagi semua anggota keluarga. Komunikasi, kata dia, bisa terjalin saat duduk bersama di depan televisi, berbaring di kamar tidur, atau saat perjalanan di dalam kendaraan. Selain itu, komunikasi bisa dilakukan lewat sentuhan dan pelukan.
Nah, dua bahasa abstrak itu -sentuhan dan pelukan, merupakan cara yang mampu menggambarkan kasih sayang dan eratnya ikatan antaranggota keluarga. Kualitas kebersamaan, kata Rose, lebih penting ketimbang kuantitasnya. Caranya, isilah setiap waktu berkumpul yang singkat dengan obrolan bermutu. Misalnya, waktu makan bersama dipakai untuk saling bertukar informasi antara orang tua dan anak.
Komunikasi yang lancar bisa terjadi jika setiap anggota keluarga saling percaya. Anak, misalnya, hanya akan mengungkapkan urusan pribadinya jika dia percaya orang tua tak bakal memarahinya. "Kalaupun si anak salah, jangan langsung dimarahi. Itu tandanya anak nyaman berbicara dengan orang tuanya," ucap Rose.
Sayangnya, menurut Rose, masih ada orang tua yang menerapkan pola komunikasi keluarga zaman dulu. Orang tua kerap mengajukan pertanyaan yang bersifat menginterogasi. Mestinya, orang memancing anaknya berbicara lepas. Kalau ada gelagat si anak mau melindungi privasinya, jangan main labrak -memaksa si anak berbicara. "Yang penting, jangan agresif saat ngobrol sama anak," dia melanjutkan.
Ada juga orang tua yang meminta penghormatan berlebih dari sang anak. Padahal orang tua zaman kini kadang perlu memposisikan diri sebagai teman yang bisa mendengar curahan hati anak-anaknya. Orang tua pun harus rela dikritik. "Orang tua jangan bergaya priayi yang merasa kebenaran selalu ada padanya," kata Rose.
Ia juga menyarankan agar orang tua menghormati anak dan hak-haknya. Dalam beberapa hal, kata dia, anak perlu disertakan dalam pengambilan keputusan yang penting bagi semua anggota keluarga. Jika semua anggota keluarga saling terbuka dan menghargai, perpecahan keluarga mungkin bisa dicegah lebih awal.
Berita lainnya:
Tip Membuat Anak Bahagia
Mengajarkan Anak Meminta Maaf
Daftar Barang yang Harus Dijauhkan dari Anak-anak