TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian mengungkapkan kenapa anak laki-laki cenderung memilih bermain truk, bola, dan berbagai benda bergerak lainnya, ketimbang boneka, yang lebih banyak dipilih oleh anak perempuan. Para peneliti dariUniversity College London dan City University mempelajari kecenderungan dan pilihan yang berbeda terhadap mainan pada anak lelaki dan perempuan sejak mereka bayi.
Para peneliti memilih 101 bayi dan membaginya ke dalam tiga kelompok. Yakni, bayi berumur 17 bulan di mana pada usia ini dia sudah bisa menunjukkan kesukaan terhadap mainan; kelompok berikutnya bayi berumur 18-23 bulan, dan terakhir 24-32 bulan. Penentuan usia bayi menjadi penting karena pada masa ini, mereka belum mengenal jenis kelamin atau gender masing-masing. Dengan kata lain, pemilihan terhadap mainan murni atas keinginan sendiri.
Terhadap para bayi dari tiga kelompok usia itu, peneliti mengevalusi preferensi permainan yang mereka pilih. Mulai dari boneka barbie, boneka beruang berwarna pink, mainan peralatan memasak, mobil-mobilan, boneka beruang berwarna biru, dan bola. Bayi dan balita itu ditempatkan dalam sebuah ruangan di mana mereka bebas memilih mainan dalam tempo 5 detik sampai 3 menit, dan tak ada intervensi orang dewasa.
Pada balita, khususnya balita perempuan yang masuk kelompok usia 24-32 bulan, mereka memilih mainan lebih banyak ketimbang bayi dan balita laki-laki seusianya dan di bawah umur itu. Mainan yang dipilih oleh balita perempuan ini tak mengenal tipe apakah itu untuk lelaki atau perempuan. Sementara itu, bayi laki-laki yang berusia kurang dari 17 bulan menghabiskan 53,2 persen waktu mereka untuk bermain bola. Sedangkan anak perempuan menghabiskan waktu 49,8 persen waktu bermain masak-masakan.
Pemimpin riset, Dr. Brenda Todd dari City University mengatakan pada umumnya, balita laki-laki bermain dengan mainan 'laki-laki' lebih lama ketimbang menggunakan mainan perempuan. "Begitu juga sebaliknya, balita perempuan menggunakan mainan stereotipe anak perempuan lebih lama daripada mainan anak lelaki," ujarnya seperti dikutip dari Dailymail, Senin 18 Juli 2016.
Dari situ, para peneliti menyimpulkan semakin besar bayi laki-laki, maka semakin dia menyukai permainan yang memang 'tipe lelaki'. Sedangkan pada anak perempuan, asumsi ini tidak berlaku.
Untuk anak perempuan, ketika dia semakin dewasa, maka pengaruh gender dalam preferensi mainan yang dipilih semakin kecil. Dalam permainan video game misalnya, kemampuan laki-laki dan perempuan bisa saja sama. Hanya saja, diduga masih ada berbedaan ketertarikan antara lelaki dan wanita dalam bermain video game.
Lelaki cenderung fokus pada pencapaian di video game, semisal cepat naik level, terus menambah poin sehingga mencapai status tertentu, dan bersaing dengan orang lain. Adapun gammer perempuan lebih tertaik pada interaksi sosial dari permainan itu, sehingga membuat permainan berjalan dalam tempo yang lama.
Todd menjelaskan, stereotipe mainan memang lebih terasa pada anak lelaki ketimbang perempuan. "Tidak mengapa anak perempuan asyik dengan berbagai mainan -entah itu mainan anak lelaki maupun perempuan," ujarnya. "Artinya, anak perempuan bisa lebih mengeksplorasi banyak permainan.
DAILYMAIL | DINA ANDRIANI | RINI K
Berita lainnya:
Do's & Don'ts Saat Terlibat Asmara di Tempat Kerja
Nutrisi yang Dibutuhkan Kulit Ketiak Setelah Mencukur
Zara Dituduh Menjiplak, Heboh Hastag #BoycottZara