Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pakai Bahan Wol di Daerah Beriklim Tropis, Kenapa Tidak?

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi baju berbahan wol. dok.major minor
Ilustrasi baju berbahan wol. dok.major minor
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Wol adalah serat tekstil yang terbuat dari bulu domba, yang lazim digunakan di negara empat musim. Biasanya, wol digunakan sebagai bahan busana musim gugur atau dingin.

Namun, di tangan perancang Indonesia, serat wol dimodifikasi hingga layak digunakan sebagai material dasar busana musim semi atau panas. Dua label yang berani berinovasi ini adalah Toton, yang diarsiteki Toton Januar dan Hariyo Balitar; serta Major Minor Maha, yang dikomandoi Sari Nasution dan Inneke Margarethe.

Major Minor mengolah serat wol merino menjadi busana wanita lengkap—atasan dan bawahan—yang terilhami dari motif tenun Lombok. Untuk atasan, Major Minor membuat sebuah busana berpotongan lebar berwarna bone white dengan motif keker tiga dimensi. “Kami menggunakan teknik ikat, lalu disulam dengan tangan untuk menimbulkan efek tiga dimensi,” kata Sari.

Padu-padan busana musim semi tampaknya kurang afdol jika belum menggunakan midi skirt. Karena itu, Major Minor memadukan atasan keker dengan midi skirt kuning bermotif flower of love, yang diambil dari tenun Lombok. Motif ini samar-samar terlihat tegas di balik warna kuning pekat.

Dalam pengerjaannya, kedua label lulusan Indonesia Fashion Forward ini mengawinkan teknik tenun tradisional dengan teknologi modern. “Dengan teknologi modern dari pabrik di Solo, kemungkinan tercpita cool wool lebih cepat dan wol kami sangat light. Cocok untuk spring/summer,” kata Sari. Lalu, mereka menggandeng penenun tradisional dari Garut untuk menenun benang dari serat wol menjadi kain.

Garut, menurut Sari, dipilih lantaran penenun di sana sangat konsisten menjaga kualitas dan kuantitas yang diinginkan pasar internasional. Sedangkan Toton berpendapat, penenun di Garut lebih bisa beradaptasi dan terbuka dengan dinamika fashion modern. “Mereka, misalnya, bisa memodifikasi dengan teknik Bali tanpa membuang ciri khas serta kualitasnya,” ujarnya.

Kejahilan dua label mengutak-atik serat wol ini bukan tanpa sebab. Keduanya mewakili Indonesia dalam International Woolmark Prize (IWP) kategori busana wanita ronde Asia. Syarat utama dalam perhelatan ini adalah proporsi penggunaan serat wol pada busana minimal 80 persen.

Meski baru pertama kali mengikuti IWP dan asing dengan serat wol, Indonesia keluar sebagai juara ronde Asia. Pada 12 Juli 2016, Toton memenangi kategori busana wanita. Jurinya desainer Christopher Raeburn, Juun J., Fiona Kotur, konsultan mode berpengaruh di Hong Kong, Priscilla I’Anson, dan pemimpin redaksi GQ Style Cina, Cui Dan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Yang dinilai bukan hanya busana akhir, tapi juga asal serat, pengolahan, sampai strategi bisnis. “Bukan sekadar lomba desain, tapi whole packages yang mereka cari. Jadi, selain desain yang bagus, dari segi bisnis harus matang,” tutur Toton.

Busana yang mengantarkan Toton menjadi juara IWP terilhami dari Goa Leang-leang di perbukitan kapur Maros-Pangkep, Makassar. “Wol dan tenun sama-sama memiliki sejarah panjang. Dua sejarah itu dikawinkan dengan kebudayaan Indonesia. Lukisan tangan di Gua Leang-leang menjadi awal sejarah Indonesia,” tutur Toton. Dia mengaplikasikan warna lukisan tangan manusia purba tersebut ke dalam busana.

Toton juga terinspirasi isu feminisme yang kian menguat belakangan ini. Karena itu, dia merancang busana wanita dari busana khusus untuk para raja, yang notabene digunakan pria. “Perempuan butuh empowering, tak ada salahnya mens wear direngkuh oleh wanita modern,” ujarnya. Busana ini 80 persen menggunakan serat wol merino, serat wol terbaik saat ini.

Hasilnya, sepaket busana ivory-peach lengkap—atasan dan bawahan—bergaya maskulin membuat Toton tampil mewakili Asia-Pasifik dalam IWP ronde final di Paris, tahun depan. Jika menang, Toton akan sejajar dengan Yves Saint Laurent dan Karl Lagerfeld, pendahulunya dalam kontes yang sudah diadakan sejak 1950 ini. Koleksinya juga akan dijual ke negara-negara mode di dunia. “Kami berharap, Toton bisa jadi juara dunia dalam ronde final di Paris,” kata Stephen Barraclough, staf Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia.

DINI PRAMITA

Berita lainnya:
4 Tanda Pekerjaan Merusak Percintaan
Pizza Andaliman, Gaya Italia untuk Lidah Batak
Ayah Juga Bisa Terkena Baby Blues, Bagaimana Mengatasinya?

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

7 hari lalu

Pegiat industri fashion di Yogyakarta mengikuti event  Ramadhan Runway 2024 yang digagas Indonesia Fashion Chamber di Yogyakarta 15-24 Maret 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.


Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

24 hari lalu

Desainer, pengusaha, dan direktur kreatif IKAT Indonesia, Didiet Maulana/Foto: Doc. Pribadi
Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.


IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

51 hari lalu

Revolusi Fashion Lokal dalam Indonesia Fashion Ecosystem Summit  (IDFES 2024)
IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.


Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

53 hari lalu

Anies Baswedan Konsisten Tampil dengan Busana Formal di Debat Capres, Pengamat Mode Sebut Kode Ini

Anies Baswedan kembali tampil konsisten dengan gaya formal hingga debat capres kelima yang diadakan KPU. Pengamat mode kaitkan dengan kode.


Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

53 hari lalu

Pasangan Capres-Cawapres no urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Tampil Paling Formal, Anies-Cak Imin Kenakan Jas Hitam di Debat Capres Kelima

Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), tampil paling formal pada debat capres kelima.


Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

53 hari lalu

Pasangan Capres-Cawapres no urut 03,  Ganjar Pranowo-Mahfud MD tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Gaya Ganjar-Mahfud dengan Jaket Varsity di Debat Capres Kelima

Ganjar Pranowo dan Mahfud Md memutuskan untuk mengenakan jaket universitas alias jaket varsity dalam debat capres kelima.


Prabowo-Gibran Tampil dengan Nuansa Biru di Debat Kelima

53 hari lalu

Pasangan Capres-Cawapres no urut 02, Prabowo-Gibran tiba dalam debat capres terakhir di JCC, Minggu, 4 Februari 2024. Cuplikan YouTube KPU
Prabowo-Gibran Tampil dengan Nuansa Biru di Debat Kelima

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Pilpres 2024 tampil dalam balutan warna biru langit dan putih ketika menghadiri debat capres kelima


Bertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern

54 hari lalu

Aktivitas perbelanjaan di sebuah gerai fashion Jalan C Simanjuntak Kota Yogyakarta pada akhir pekan Sabtu (3/2). Tempo/Pribadi Wicaksono
Bertaburan Brand, Sudut Utara Kota Yogyakarta Ini Tumbuh Jadi Pusat Fashion Modern

Jika Malioboro punya Pasar Beringharjo untuk belanja batik, kawasan utara Kota Yogyakarta ini punya Jalan C. Simanjuntak ini untuk fashion modern.


Yogyakarta Ditarget Jadi Pusat Fashion Dunia pada 2028, Desainer Siapkan Strategi

24 Januari 2024

Pegiat fashion Yogyakarta mengikuti perhelatan  fashion show Spotlight Culture: Then And Now di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (18/11/2023). Dok.istimewa
Yogyakarta Ditarget Jadi Pusat Fashion Dunia pada 2028, Desainer Siapkan Strategi

Berbagai upaya digenjot Pemerintah DIY salah satunya melalui gelaran Jogja Fashion Week sebagai ruang berbagi ilmu dan berekspresi.


Mengenal Pengertian Ekonomi Kreatif, Ciri, Jenis, dan Manfaatnya

23 Januari 2024

Jelaskan pengertian ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah perkembangan konsep ekonomi yang berasal dari kreativitas individu. Ini informasinya. Foto: Canva
Mengenal Pengertian Ekonomi Kreatif, Ciri, Jenis, dan Manfaatnya

Jelaskan pengertian ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah perkembangan konsep ekonomi yang berasal dari kreativitas individu. Ini informasinya.