TEMPO.CO, Jakarta - Mal telah menjadi alternatif tempat liburan yang tak pernah sepi pengunjung. Apalagi di akhir pekan, banyak orang tua yang membawa serta anak mereka untuk berbelanja atau sekadar berekreasi.
Ketika asyik berbelanja, kerap kali orang tua lupa akan kehadiran buah hatinya. Saat menyadari sang anak tak lagi berada di sampingnya. Kepanikan langsung menyergap. Dan mulai mencari lorong dan sudut yang memungkinkan si anak berada. Mulai rak mainan, pos satpam, hingga ke pusat informasi.
Saat anak mulai paham dunia luar, orang tua sebaiknya mulai mengenalkannya dengan profesi satpam dan polisi. "Caranya dengan cerita," tutur psikolog Efriyani Djuwita. Dari cerita tentang seseorang yang tersesat di jalan, misalnya, anak akan memahami bahwa satpam dan polisi adalah orang yang bisa dimintai bantuan. Pekerjaan lain, seperti pelayan toko dan kasir, juga perlu diperkenalkan kepada anak.
Selain itu, Efriyani, yang mengajar psikologi di Universitas Indonesia, menyarankan agar orang tua mengajarkan perihal orang jahat. Sebab, di pusat keramaian juga banyak pelaku kejahatan. Agar anak tidak terbujuk rayu pelaku kejahatan, orang tua bisa mengajarkan tindakan pencegahan, misalkan berteriak atau menangis. "Untuk pertahanan diri," katanya.
Efriyani mengingatkan agar orang tua tidak mengajari anak untuk lari bersembunyi jika ada orang jahat mengejarnya. "Bersembunyi mengajari anak tentang situasi terpojok, tidak baik untuk kejiwaan anak," ujarnya.
Sementara itu, psikolog Aschinfina Handayani lebih menekankan pentingnya anak usia 5 tahun ke bawah diajari kontrol diri. Dengan kontrol diri, kata lulusan Universitas Mercu Buana ini, anak yang terpisah dari orang tua akan bisa memberikan informasi yang diperlukan. "Karena banyak anak yang, ketika terpisah, hanya menangis," ujarnya.
Berita lainnya:
Pokemon Go Tingkatkan Kemampuan Sosial Anak Autis
Pendidikan Anak, Ajak Diskusi, Bukan Menghakimi
Kebiasaan Makan Orang Tua Pengaruhi Kesehatan Anak