TEMPO.CO, Jakarta - Siapa tidak tahu pepatah klasik yang berbunyi “mens sana in corpore sano”. Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Dari sini, kita bisa melihat adanya keterkaitan antara kondisi kesehatan raga dan kesehatan jiwa.
Lalu, apa yang sebenarnya disebut dengan sehat raga? Apakah sekadar tidak sakit fisik? Dan, apa pula yang sebenarnya disebut dengan sehat jiwa? Apakah ini melulu diperuntukkan bagi orang gila saja, sedangkan yang lainnya boleh mengaku waras (sehat jiwa)?
“Mana yang sebenarnya dipengaruhi dan memengaruhi? Mana yang menjadi sebab dan akibat? Jiwa kepada raga atau raga kepada jiwa?” kata Anggia Chrisanti, konselor dan terapis DEPTH (deep psych tapping technique) di Biro Konsultasi Psikologi Westaria.
“Menelaah contoh kasus masalah rumah tangga yang berujung pada 'sakit' yang dialami beberapa pesohor, tentu bukan bagian dari penyebab penyakit raga atau tubuh selayaknya infeksi atau virus,” ujarnya. Lantas apa yang sebetulnya terjadi? Berikut pemaparan Anggia secara lengkap.
1. Masalah nyatanya bisa menjadi penyebab munculnya banyak penyakit atau keluhan fisik. Dari mulai ujung kepala, gangguan pendengaran, pernapasan, sakit leher atau pundak, jantung, saraf kejepit, mag atau gastritis, asam lambung, darah tinggi atau darah rendah, kesemutan, bahkan kanker.
Baca Juga:
2. Tidak sedikit penyakit atau keluhan-keluhan fisik tersebut adalah dampak keluhan psikis, mulai dari yang ringan seperti kesedihan mendalam, kemarahan, rasa malu, rasa takut, kecemasan, hingga trauma dan fobia. Perasaan tidak berharga, perasaan diabaikan, perasaan tidak diterima, stres, frustrasi, hingga depresi.
3. Bagi yang mampu menahan kedua keluhan itu (fisik dan psikis), jangan dulu merasa senang. Perhatikan kembali, apakah yang terjadi adalah susah tidur, tidur terus, malas makan, makan terus, tidak mau berkomunikasi, terlalu mengomunikasikan segala hal (termasuk asyik bercuap-cuap seperti membuat status, unggah atau berbagi foto, dan lain-lain di media sosial), menarik diri, terlalu membuka diri yang berujung pada salah pergaulan (seperti geng motor, partygoers, dan lain-lain), selingkuh, kecanduan merokok, kecanduan gawai, kecanduan film porno, suka berkhayal, berbohong, berkurang kesadaran (hingga menyebabkan kecelakaan, mulai dari keseleo, tersandung, terserempet atau menyerempet, tertabrak atau menabrak), narkoba, seks bebas, dan lainnya. Poin terakhir ini disebut keluhan perilaku.
Solusi
Menjaga kesehatan raga memang penting. Menyadari bahwa diri kita seluruhnya saling berhubungan dan terkait. Menjagai kesehatan (pola makan, pola hidup, termasuk olahraga) sangatlah penting. Bukan sekadar slogan yang hanya diucapkan tanpa kenyataan.
“Namun, yang paling penting adalah menjaga kesehatan jiwa. Karena yang menjadi pusat dari kesehatan dan ketidaksehatan (secara keseluruhan baik fisik, psikis, dan perilaku) adalah jiwa,” kata Anggia.
Yang dimaksud dengan jiwa adalah pikiran dan perasaan. Perasaan yang dimaksud bukanlah hati. Karena jika bicara organ hati, tentu fungsinya bukan untuk merasa. Juga bukan yang biasa kita tunjuk saat menyatakan sakit hati (dada atas kiri), karena di situ adalah jantung. Dan jantung juga bukan organ perasaan.
“Yang dimaksud jiwa adalah perasaan dan pikiran yang berada di otak depan,” sebut Anggia.
“Dan sebaik-baiknya jiwa adalah jiwa yang selalu sadar dan berpusat pada Ilahi,” pungkasnya.
Berita lainnya:
MakeUp Ngejreng di Kantor, Mengapa Tidak?
7 Tip Agar Rambut yang Diwarnai Tetap Sehat dan Indah
Teknik Keramas yang Tepat Sesuai Jenis Rambut