TEMPO.CO, Jakarta - Guna mendokumentasikan berbagai kegiatan di dalam keraton sekaligus memanfaatkan teknologi informasi (TI) secara keseluruhan, pada 2012 Keraton Yogyakarta membentuk divisi baru, yakni Tepas Tandha Yekti (TTY).
TTY fokus memproduksi konten seputar sejarah dan kearifan lokal yang ada dalam Keraton. Konten ini disebarluaskan ke masyarakat melalui situs dan media sosial resmi Keraton, serta melalui stasiun TV dalam bentuk video dokumenter.
Adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, putri keempat Sri Sultan Hamengku Buwono X, yang diberi tanggung jawab menjadi Kepala Divisi TTY. “Tekad saya sekarang adalah membantu mewujudkan impian ayah sejak tahun 2006, yaitu Jogja Cyber Province,” ucap Hayu yang kini berperan sebagai CIO Keraton Yogya.
Menurut Hayu, sebagai CIO di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, tugas dan tanggung jawab utamanya adalah mengembangkan IT roadmap Keraton. Selain itu, tugas TTY adalah mendokumentasikan aneka kegiatan di dalam Keraton.
Untuk mendukung kegiatan tersebut, Hayu didukung tujuh abdi dalem dan tenaga outsource dengan keahlian yang sesuai. Total ada 26 karyawan yang di TTY. Ia mengungkapkan, tantangan dalam pengembangan TI di Keraton adalah selama ini masing-masing kantor terbiasa bekerja sendiri-sendiri, alias tidak terintegrasi. “Jadi perubahan mindset dan budaya kerja menjadi fondasi sebelum kami membuat yang canggih,” kata Hayu.
Wanita kelahiran Yogyakarta, 24 Desember 1983, ini mencontohkan, sebelumnya, hasil dokumentasi sebuah kegiatan, baik foto maupun video, cuma menumpuk di hard drive komputer. Nah, dalam program TTY, Hayu membuat kanal untuk membagikan konten tersebut kepada masyarakat. Hasil dokumentasi itu dikumpulkan, lalu ditayangkan secara online (melalui website) ataupun lewat tayangan dokumenter tiap dua minggu di TV lokal.
Ke depan, penggemar online game Final Fantasy dan Kingdom Rush ini berharap online presence dari institusi Keraton bisa lebih solid. Harapannya membantu mengingatkan masyarakat Indonesia akan budaya Jawa yang adiluhung dan jangan sampai tergerus budaya luar.
Dari sisi internal, ia memimpikan sistem Keraton yang terintegrasi dengan sistem e-governance yang solid, sehingga bisa memberikan layanan publik yang jauh lebih baik kepada masyarakat. “Kalau di Yogya saya enggak banyak waktu luang karena sering diminta membantu pekerjaan Keraton di luar skup tugas Tepas,” kata wanita yang gemar menuliskan perjalanan hidupnya di blog Gkrhayu.com ini.
Berita lainnya:
Perempuan Pintar Mempertimbangkan Ini Sebelum Berpacaran
Tinggal di Tepi Jalan Raya Bisa Bikin Mati Muda
Aktivitas Benar Setelah Bangun Tidur