Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sajian yang Tampak Segar Belum Tentu Aman

Editor

Rini Kustiani

image-gnews
Ilustrasi Sayuran. qatardayonline.com
Ilustrasi Sayuran. qatardayonline.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Jika mengalami sakit perut, kedinginan, muntah-muntah, diare, atau demam setelah mengkonsumsi makanan tertentu, bisa jadi Anda mengalami keracunan. Penyebabnya adalah virus dan bakteri dari makanan yang tidak diolah dengan benar atau tidak higienis. Patogen yang paling sering menyebabkan kercaunan makanan adalah salmonella, Listeria, dan E-coli.

Gejala keracunan ini munculnya berbeda, tergantung pathogen yang menyebabkannya, yakni dari beberapa jam hingga beberapa hari kemudian. Pada kasus tertentu, kercunan makanan akan sembuh dengan sendirinya. Namun ada yang memerlukan perawatan medis khusus, terutama bila penderita mengalami pendarahan, dehidrasi, penglihatan menjadi kabur, dan kesemutan.

“Ada beberapa jenis makanan yang dianggap berisiko tinggi, yang menyebabkan keracunan makanan,” kata David Burkhart dari Indiana University Health Center yang pernah menulis riset ilmiah mengenai topik ini. “Makanan-makanan tersebut termasuk produk olahan susu, telur, makanan laut, dan daging yang tidak matang.”

Selan itu, Anda berisiko keracunan akibat mengkonsumsi sayuran, buah, dan makanan dalam kaleng. Sayuran dan buah segar pun bisa saja mengandung bakteri E-coli apabila tidak dibersihkan dan dimasak dengan benar. Sedangkan pada produk olahan susu, seperti yoghurt dan keju, yang diolah dari susu mentah, biasanya ditemukan Listeria dan Salmonella.

Listeria dapat hidup di temperature dingin. Karenanya, menyimpan makanan jenis ini di lemari es saja tidak cukup. Pilihlah produk olahan dari susu yang telah dipasteurisasi. Prses pasteurisasi ini membunuh organism merugikan dan memperlambat pertumbuhan mikroba sehingga lebih aman dikonsumsi.

Makanan dari daging sapi, ayam, atau makanan laut juga harus diperhatikan. Daging mentah berpeluang besar mengandung bakteri E.coli dan Salmonella sehingga Anda haris memastikan memasaknya dengan benar dalam suhu yang optimum.

Sementara untuk telur, harus diwaspadai oleh ibu hamil, lansia, anak-anak, dan orang dengan daya tahan tubuh rendah karena kelompok ini sangat riskan mengalami keracunan makanan. Mereka pula yang sebaiknya mengindari makanan mentah atau kurang matang.

Selanjutnya: Pemulihan sederhana saat keracunan

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

16 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.