TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Inggris tak bergabung dengan Uni Eropa telah membuat pasar saham terjun bebas dan memukul mata uang pound sterling ke titik terendah dalam beberapa dekade.
Para pelaku industri fashion mempertanyakan perubahan yang berarti untuk mata pencarian mereka. Sebab, London masuk salah satu barometer industri mode. Kontribusi bisnis fashion terhadap perekonomian Inggris tercatat mencapai US$ 38 miliar (sekitar Rp 499 triliun) pada 2014.
Kini, dengan fluktuatifnya nilai mata uang pound sterling, ketidakpastian soal harga menjadi tantangan bagi bisnis yang berbasis di Inggris karena pelaku industri fashion di negara ini mengambil bahan baku, seperti kain dari negara Eropa lain. British Fashion Council melakukan survei terhadap anggotanya dan, hasilnya, 90 persen dari anggota ingin Inggris masuk Uni Eropa.
"Ada dukungan luar biasa dari para desainer agar Inggris berada dalam Uni Eropa. Kini mereka cemas," ujar Caroline Rush CBE, Chief Executive British Fashion Council, seperti dikutip dari Elle. Para desainer berupaya tetap mendapat pasokan bahan baku agar dapat berkarya, dengan cara melobi teman hingga mitra bisnis mereka di negara-negara Uni Eropa.
Beberapa hari menjelang pemungutan suara, sejumlah desainer Inggris bahkan telah menunjukkan sikap mereka secara terbuka mengenai masuk-tidaknya Inggris ke Uni Eropa. Desainer Sir Bryan dan Cozette McCreery, misalnya. Mereka berjalan dalam peragaan busana Men’s Fashion Week, dengan memakai T-shirt bertulisan “In” untuk menunjukkan sikap mereka. Pada Februari lalu, Christopher Bailey dari Burberry, satu di antara 100 lebih pemimpin bisnis yang menandatangani surat dalam Times of London, berpendapat Inggris akan lebih kuat dan aman jika bergabung dengan Uni Eropa.
Gejolak di industri fashion ini diperkirakan juga mempengaruhi segala sesuatu yang masuk dan keluar dari Inggris. Seorang desainer asal Skotlandia yang bekerja di London, Christopher Kane, mengatakan kesulitan mendatangkan para penjahit dengan keterampilan bagus adalah karena sebagian besar dari mereka berasal dari Italia. "Ini penjahit-penjahit hebat, berapa biaya yang harus kami keluarkan untuk membayar visa mereka?" tutur Christopher. Ketidakpastian ini juga berdampak pada bisnis barang mewah. Harga saham rumah mode, seperti Burberry, Mulberry, dan Jimmy Choo, turun tajam pada Jumat pekan lalu.
Caroline mengatakan saat ini British Fashion Council meminta pemerintah Inggris memperbarui kebijakan di industri fashion, terutama agar pasokan bahan baku, tenaga kerja, dan nilai tukar stabil. Lantas, bagaimana dengan perhelatan London Fashion Week, yang berlangsung pada musim gugur nanti? Caroline memastikan acara tersebut tak akan terganggu karena Inggris memutuskan tak bergabung dengan Uni Eropa. "Tetap berlangsung sesuai dengan rencana," katanya.
ELLE | NIA PRATIWI
Berita lainnya:
Tip Kue Nastar Kurma nan Renyah
Bulan Puasa, Pasutri Wajib Hindari Makanan Ini
Pilih Mana, Sendiri tapi Sehat atau Berdua tapi Sakit