TEMPO.CO, Jakarta - Mengidap diabetes tentu bukan alasan untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Hanya saja, para diabetesi (pengidap diabetes) tetap perlu memberikan perhatian ekstra terhadap apa yang mereka konsumsi agar kadar gula dalam darah tetap stabil.
Alih-alih menjauhi segala sesuatu yang mengandung unsur gula, jika waktu berbuka puasa tiba, para diabetesi disarankan segera membatalkan puasa dengan makanan atau minuman yang manis. Jika tidak, maka tubuhnya akan berkeringat dingin sampai gemetaran. Ini yang disebut hipoglikemia. Kondisi tersebut terjadi jika kala kadar gula dalam darah berada di titik nadir. Kondisi ini berisiko fatal.
"Jika tak diberi asupan gula, maut bisa menjemput," kata guru besar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Prof Dr dr Sri Hartini, SpPD-KEMD, di Jakarta. Sri menjelaskan, hipoglikemia adalah kondisi saat kadar gula darah yang lebih rendah daripada kadar normal. Hal ini terjadi kalau diabetesi mengkonsumsi obat atau mendapat suntikan insulin, tapi asupan makanannya kurang atau kerja kelewat keras.
Hipoglikemia ditandai dengan gejala rasa lapar hebat, berdebar-debar, lemas, dan gemetar. Jika diabetesi berpuasa dan mendapat obat atau mendapat suntikan insulin, patut diwaspadai. Sri menyarankan, jika saat berpuasa diabetesi merasakan tanda-tanda itu, segera batalkan puasa dengan minum air gula.
"Ketika waktu berbuka puasa tiba, segera minum atau makan yang mengandung gula," kata Sri. Pasalnya, jika diabetesi ngotot tetap mempertahankan puasa, bisa langsung koma. Kondisi ini biasa disebut koma hipoglikemia. Koma ini bisa berlanjut dengan bertemu ajal. "Lebih baik sayangi badan titipan Tuhan."
Direktur Indonesia Diabetes Institute Prof Sidartawan Soegondo, MD, PhD, F.A.C.E, menjelaskan, kadar gula darah diukur dalam dua kondisi: setelah makan dan saat berpuasa. Pada kondisi setelah makan, kadar gula dalam darah ukuran normal adalah 70-140 mg/dl. Sedangkan pada kondisi berpuasa, kadar gula dalam darah ukuran normal adalah 70-100 mg/dl.
"Jika kurang dari 70, bisa masuk kriteria hipoglikemia," kata Sidartawan. Kadar 140-180 mg/dl masuk pra-diabetes. Artinya, gejala diabetes mungkin sudah hinggap di badan. Kadar 180 mg/dl menjadi batas ginjal bisa menahan laju gula yang masuk ikut tersalur ke dalam urine. Jika kadar gula darah lebih dari 180 mg/dl, akan menyebabkan zat gula ikut keluar bersama urine alias kencing manis.
Saat berpuasa, kadar gula dalam darah diabetesi bisa turun. Turunnya bisa lebih rendah daripada kadar gula darah manusia normal. Sebab, biasanya diabetesi mengkonsumsi obat atau mendapat suntikan insulin. Insulin berguna untuk menyalurkan gula ke dalam sel tubuh yang menjadi energi. Gula ini didapat dari makanan yang masuk ke dalam lambung. Selama berpuasa, tak ada asupan makanan. Sementara diabetesi yang kerja keras, tubuh dipaksa bekerja tanpa asupan energi, sehingga tak kuat hingga koma.
Kondisi ini juga bisa terjadi pada mereka yang kadar gula darahnya melonjak tak terkendali. Kondisi ini disebut koma hiperglikemia. Namun koma hipoglikemia lebih berbahaya karena penderitanya bisa langsung meninggal. Adapun koma hiperglikemia bisa berlangsung berhari-hari, dan juga bisa mengantar maut.
Memeriksa kadar gula dalam darah bisa dilakukan sendiri. Pemeriksaan gula darah mandiri (PGDM) lebih praktis dan diabetesi bisa langsung mengambil tindakan penyelamatan. PDGM bisa dilakukan kapan dan di mana saja. PDGM dapat segera mendeteksi kadar gula yang terlalu rendah, normal, atau terlalu tinggi. Di pasar sudah ada beberapa alat PGDM.
Dibandingkan dengan pemeriksaan laboratorium, PDGM lebih praktis dan cepat. Pasalnya, diabetesi bisa memeriksa sendiri hasil tes kadar gulanya tanpa bantuan orang lain. Selain itu, hasil tes bisa segera diketahui saat itu juga, tanpa menunggu pengolahan laboratorium. Biasanya, alat PDGM digunakan dengan cara mengambil sampel darah dengan tusukan kecil di ujung jari.
Berita lainnya:
Ciri-ciri Teman Sejati
5 Manfaat Corat-coret Bagi Anak
6 Cara Mudah Meredakan Sakit Gigi