TEMPO.CO, Jakarta - Tomat kerap dianggap sebagai buah meski lebih sering dipadankan dengan aneka bumbu untuk membuat sebuah masakan. Para ilmuwan mendefinisikan buah sebagai bagian dari tanaman yang memiliki biji di dalamnya. Sedangkan para pakar kuliner mendefinisikan buah sebagai bagian yang dapat dimakan dari tanaman dengan rasa manis.
Di sisi lain, para pakar kuliner mendefinisikan sayuran sebagai bagian yang dapat dimakan dari tanaman dengan rasa gurih. Sayuran bisa berupa daun (misal selada), batang (misalnya seledri), akar (semisal wortel), dan bunga (semisal brokoli). Dalam hal ini, para ilmuwan tidak memiliki definisi khusus untuk sayuran.
Menggunakan pendefinisian tersebut, kita bisa menjawab pertanyaan apakah tomat adalah buah atau sayuran. Menurut para ilmuwan, tomat jelas buah-buahan karena memiliki biji di dalamnya. Namun juru masak bersikukuh, tomat adalah sayuran, karena lebih condong ke rasa gurih ketimbang manis.
Asal tahu saja, perdebatan tentang apakah tomat buah atau sayuran pernah berujung di pengadilan. Mahkamah Agung Amerika Serikat pada 1893 menyidangkan kasus Nix melawan Hedden terkait tomat. Hasilnya, merujuk pada kebiasaan memasak, di mana tomat lebih sering disandingkan dengan ikan dan daging, diputuskan tomat termasuk sayur-sayuran.
Namun beberapa kelompok masyarakat tetap menganggap tomat sebagai buah. Misalnya, di South Arkansas, tomat didapuk sebagai buah khas negara bagian. Kelompok lain di negara bagian ini menyebut tomat sebagai buah sekaligus sayur.
Tomat bukan satu-satunya buah yang diperlakukan sebagai sayuran. Terong, paprika, mentimun, zucchini, dan labu adalah contoh lainnya.
Namun, baik sebagai buah maupun sayur, tomat tetap kaya manfaat. Tomat mengandung empat jenis karotenoid sekaligus, yakni alfa dan beta-karoten, lutein, dan likopen. Karena itu, tomat kerap dianggap sebagai antioksidan super.
Tomat juga dikenal sebagai pencegah kanker nomor wahid jika dikonsumsi secara rutin bersama brokoli. Sebuah penelitian membuktikan, tumor prostat tumbuh lebih lambat pada tikus yang diberi makan tomat dan brokoli ketimbang tikus yang diberi likopen sebagai suplemen atau hanya makan brokoli atau tomat saja.
Tomat juga bisa membantu mengurangi risiko kanker pankreas, menurut sebuah studi dari University of Montreal. Para peneliti menemukan bahwa likopen dalam tomat dikaitkan dengan penurunan 31 persen risiko kanker pankreas.
Tomat juga kaya akan vitamin A, vitamin E, vitamin C, dan kalium. Ketika tomat dimakan bersama dengan lemak sehat, seperti alpukat atau minyak zaitun, penyerapan karotenoid oleh tubuh meningkat dua sampai 15 kali lipatnya, menurut sebuah studi dari Ohio State University. Jadi abaikan definisi tomat sebagai buah atau sayur, tapi kudaplah tomat dan rasakan manfaatnya bagi kesehatan tubuh.
INDAH P | HEALTH.COM