Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jangan Khawatir, Menelan Permen Karet Tidak Berbahaya

image-gnews
TEMPO/ Sudaryono
TEMPO/ Sudaryono
Iklan

TEMPO.COJakarta - Mengunyah permen karet kemudian tertelan. Pengalaman seperti itu bagai mimpi buruk buat banyak orang karena adanya mitos bahwa permen karet yang tertelan akan terus berada di pencernaan selama tujuh tahun, bahkan ada yang bilang bisa berakibat kematian.

Namun tidak demikian pendapat para ilmuwan dari American Chemical Society. Permen karet tidak berbeda dengan makanan lain dan tidak berbahaya saat tertelan. Permen karet juga akan mengalami proses yang sama di pencernaan.

Sebelumnya ada opini bahwa bahan permen karet susah dicerna. Namun, menurut para ilmuwan tersebut, gumpalan permen itu akan melewati usus kemudian keluar lewat pembuangan seperti makanan lain.

Ketika kita menelan sesuatu, makanan normal atau permen karet, maka makanan itu akan melalui tiga fase pada tubuh. Pertama adalah fase "mekanis" atau pengunyahan. Pada makanan biasa, gigi dan lidah akan melumat makanan menjadi serpihan kecil. Mengunyah makanan itu memicu otot pergerakan yang akan memindahkan makanan melalui jalur pencernaan dan turun ke perut. Otot pencernaan lalu melumat makanan itu lewat cairan di usus. 

Fase kedua melibatkan enzim yang terdapat dalam air liur, cairan perut, dan usus. Enzim itulah yang menghancurkan makanan menjadi bagian-bagian kecil, apakah itu berbentuk lemak dari keju, karbohidrat dari pasta, atau protein dari daging dan kacang.

Asam perut, yang terbentuk dari asam hidroklorik dan garam, akan membimbing proses tersebut ke fase ketiga. Setelah fase tersebut, makanan apa pun akan keluar lewat pembuangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hanya, memang ada perbedaan proses pada permen karet. Pada fase pertama, permen tidak hancur setelah dikunyah dan meluncur menuju fase kedua dalam bentuk gumpalan. 

Kebanyakan molekul dalam permen karet adalah karbohidrat, minyak, dan alkohol. Seperti juga pada makanan lain, molekul-molekul tersebut mudah hancur dalam perut. Hanya, tak ada enzim di perut yang bisa menghancurkan bahan karet polimer yang ada pada permen karet, sehingga gumpalan permen pun langsung melaju ke fase ketiga. 

Meski asam perut terbilang kuat, tetap saja tak bisa menghancurkan karet polimer. Jadi, walau permen karet akan berada lebih lama di perut dibanding makanan lain, lamanya tak sampai tujuh tahun.

DAILYMAIL | PIPIT

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

12 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.