TEMPO.CO, Jakarta - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Ismoyo Sunu mengatakan perempuan lebih rentan terkena hipertensi. Salah satu penyebabnya, menurut dia, hormon pada perempuan yang berumur 40 tahun ke atas. "Menjelang menopause, terjadi perubahan hormon pada perempuan. Inilah yang memberi dugaan bahwa hormon tersebut menimbulkan tekanan darah tinggi,” ujarnya dalam acara Hari Hipertensi Sedunia di Jakarta, Senin, 16 Mei 2016.
Tekanan darah seseorang dihitung dari kemampuan darah mendorong dinding arteri saat dipompa jantung ke seluruh tubuh. Tekanan yang terlalu tinggi akan memberatkan kerja arteri dan jantung. Hal itulah yang menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi. “Pengidap hipertensi berpotensi mengalami serangan jantung, stroke, ginjal, dan penyakit komplikasi lain,” katanya.
Pengukuran tekanan darah melalui takaran merkuri per milimeter (mmHG) kemudian dicatat dalam dua angka tekanan, yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah tekanan darah ketika jantung berdetak memompa darah keluar, sedangkan tekanan diastolik merupakan tekanan darah saat jantung beristirahat. Menurut Ismoyo, tekanan darah normal menunjukkan angka sistolik 120–130 mmHG dan untuk angka diastolik menunjukkan angka 80–100 mmHG.
Kendati angka hipertensi lebih banyak dialami perempuan, pria juga berpotensi terkena hipertensi. Hingga kini, Ismoyo melanjutkan, belum jelas penyebab utama hipertensi karena banyak faktor yang bisa menjadi pemicunya. Selain hormon, Ismoyo menjelaskan, bertambahnya usia, kelebihan berat badan, mengkonsumsi garam lebih dari 2 gram per hari, jarang berolahraga, dan terlalu banyak mengkonsumsi rokok serta alkohol juga bisa menjadi pemantik terjadinya tekanan darah tinggi.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh mengatakan sebagian masyarakat tidak mengetahui tentang hipertensi. Menurut data statistik, kata dia, hampir semua provinsi di Indonesia memiliki persentase yang tinggi dalam kasus hipertensi.
Provinsi-provinsi di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan menunjukkan persentase yang tinggi—sebesar 30 persen dalam kasus hipertensi. Namun persentase paling rendah terdapat di Papua, hanya 16 persen. “Perbedaan ini bisa disebabkan gaya hidup dan pengelolaan stres yang berbeda,” ucapnya.
Sebab itu, Subuh melanjutkan, Kementerian Kesehatan menggelar bulan pengukuran tekanan darah pada 17 Mei-17 Juni 2016 melalui kampanye CERDIK. CERDIK merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.
CHITRA PARAMAESTI | RINI K
Baca juga:
3 Trik Padu Padan Batik
Makanan Ini Bikin Tidur Tak Nyenyak
Cara Cepat Segarkan Kulit Akibat Kurang Tidur