TEMPO.CO, Jakarta - Restoran Miss Bee, rumah dua lantai peninggalan zaman kolonial Belanda itu berdiri di Jalan Rancabentang Nomor 11A, Ciumbuleuit, Bandung. Sebuah meja kayu panjang untuk delapan orang berada di lantai pertama rumah itu.
Salah satu ruangannya menjadi toko kue, buah tangan, dan cendera mata. Bagian tengah rumah terdapat beberapa kursi dan meja serta sebuah sofa panjang yang disekat dengan lemari kayu pajangan. Sofa ini berada di dekat bekas perapian.
Adapun lantai dua, yang terbagi menjadi kamar-kamar yang tampaknya bekas ruang tidur, merupakan area khusus berkelas VIP. Lantai dua ini dapat menampung 60 orang dan bisa dipakai untuk acara makan bersama, rapat, hingga akad nikah.
Ada satu ruang bernama Honeysuckle. Bangunan berdinding kaca seluas 72 meter itu memiliki 32 kursi. Hampir sepertiga areanya menjadi kios bar. Interiornya dihiasi pot-pot besar berisi batang pohon jambu mati dengan dedaunan plastik. Dari sini, pandangan leluasa melihat bangunan utama dan kebun rumput hijau yang terhampar di sampingnya.
Ada berbagai jenis masakan yang dapat Anda pilih di Restoran Miss Bee. Mulai dari menu Barat, lokal, sampai campuran keduanya. Salah satu menu utamanya adalah Larb Gai Pasta.
Pasta tanpa kuah dengan racikan rempah gagrak Thailand ini pedas. Irisan cabai rawit di dalamnya membuat kening dan hidung berkeringat. Lima pasta yang dicampur daging ayam cincang, bawang merah dan putih, serta bumbu Asia itu cukup untuk mengusir hawa dingin dari semburan mesin penyejuk udara dan cuaca mendung di langit Bandung. Lalu, segelas besar Honey Lemon Tea dingin menyegarkan kembali lidah kami.
Makanan berat lain adalah Aromatic Crispy Fried Duck, yakni bebek goreng yang gurih dan renyah yang ditata seperti tumpeng mini. Setangkup nasi putih berbentuk kerucut diletakkan di tengah piring dan dikelilingi kerupuk merah muda, sepotong bebek goreng, sambal matah, serta urap sebagai pengganti lalap. Berbeda dengan urap klasik yang kerap terlihat kuyu dan lekas asam, sayuran rebus pada urap di restoran ini masih hijau segar dan kelapa parutnya belum meresap.
Salah satu menu campuran Barat dan Sunda adalah Colenak Cheese Crumble Pizza. Di atas selembar roti oval tipis dan renyah, terhampar potongan peuyeum (tapai) yang direkatkan dengan selai raspberry, strawberry, keju parut, gula merah, dan kelapa parut kering. Rasanya mengesankan.
Colenak-singkatan dari "dicocol enak"-aslinya berupa peuyeum bakar yang disiram dengan kinca (gula merah) dan kelapa parut. Rasanya giung alias sangat manis, sehingga menutup rasa kecut peuyeum. Pizza Colenak ini mengenyahkan pengalaman lawas itu. Selai buah yang masam mengangkat kenangan rasa peuyeum itu bersanding dengan gula merah.
Selain Pizza Colenak itu, ada Pizza Sumatran Pride, yakni pizza dengan topping rendang daging, terung, kentang, dan zuchini (semacam mentimun). Ada pula DIY Thai Steak Salad, daging panggang dengan kacang hijau, mangga hijau, kerabu kacang botol, serta campuran rempah dan saus manis Thailand.
Untuk penutup, pilihan yang sering dipesan di sini adalah Chocolate Muse. Menu ini disajikan dalam talenan kayu yang di atasnya ada sebuah bola es krim vanilla, permen kenyal berbentuk ulat panjang, dan sebuah pot plastik hitam dengan batang berdaun. Tanaman imitasi itu tertancap di atas muse cokelat yang pada bagian atasnya ditaburi cinnamon crumble. Pilihan favorit lain adalah kopi panas Chocochino.
Selain menu Barat, mereka menyajikan menu Indonesia, seperti Spicy Nasgor Kampong, Pindang Asam Daging, Iga Bakar Sambal Ijo, dan Oxtail Goreng. Pada lembar daftar menu, ada tiga ikon kecil yang memberi petunjuk atau panduan sebelum orang memesan. Gambar lebah artinya pilihan favorit, jam weker menandakan sajiannya perlu waktu agak lama, dan daun hijau bagi vegetarian.
Restoran ini baru dibuka pada 8 Mei 2014 dan, seperti lebah, mereka ingin menghasilkan "madu" terbaik bagi manusia. Untuk kenyamanan pengunjung, mereka menyediakan tempat bermain anak di bangunan samping belakang dan dapur terbuka, sehingga pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan hidangan mereka.
Seluruh jendela kaca yang mengelilingi dapur diangkat setengah sehingga isi ruangan dan kegiatan di dalamnya terlihat gamblang. Bagi awak Restoran Miss Bee, dapur terbuka itu sempat membuat mereka grogi, karena pekerjaannya langsung disaksikan pengunjung. Mereka juga harus terbiasa bekerja sambil melayani pengunjung yang bertanya soal kuliner yang tengah disiapkan.
Dapur restoran biasanya tertutup, seakan merahasiakan resep dan cara memasaknya. Konsep dapur terbuka, jendela terbuka akan membuat hawa segar di daerah dataran tinggi tersebut leluasa masuk, sehingga ruangan tidak pengap. Selain itu, kebersihan dan kerapian dapur menjadi harus selalu terjaga.
Baca juga:
Dapoer Bistik, Perkawinan Kuliner Jawa dengan Barat
Lezatnya Telur Panggang di Restoran Gomawo
Kriuk-kriuk Sate Goreng Jepang ala Kushiya Monogatari