TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid mengatakan pentingnya peran para ibu untuk mengatasi radikalisme, terutama di dalam level keluarga. Menurut dia, para ibu rumah tangga merupakan pembimbing sekaligus pengawas berbagai aktivitas anak mereka di dalam dan di luar rumah. Baca: Sukacita Yenny Wahid Bertemu Cucu Mahatma Gandhi
Putri Presiden Keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid itu menyorot faktor kedekatan antara ibu dan anak sebagai penangkal utama tumbuhnya pemikiran radikal. “Kita sebagai ibu rumah tangga harus tahu seperti apa anak kita, perilakunya, termasuk tahu apa yang sedang dikerjakan oleh anak kita,” ujar Yenny Wahid seperti dikutip dari keterangan tertulis di Diskusi bertajuk Perempuan Pelopor Perdamaian Anti Radikalisme dan Terorisme, Rabu, 30 Agustus 2017.
Artikel parenting lainnya:
Iis Dahlia Suruh Anak Cari Pacar Kaya, Matre atau Realistis
Prabu Revolusi dan Zee Zee Shahab Sediakan Ruang Menangis
Kisah Tsania Marwa dan Syahrini tentang Pentingnya Restu Ibu
Kendati para ibu sudah berusaha dekat dan mengetahui berbagai aktivitas anak mereka, Yenny Wahid tak memungkiri jika masih ada anak yang menyembunyikan sesuatu dari orang tuanya. Sebab itu, dia mengingatkan pentingnya kedekatan di antara para ibu supaya bisa saling bertukar informasi terkait kegiatan anak mereka. "Terutama ibu dari anak-anak yang berteman dekat," katanya.
Fase ini, Yenny Wahid melanjutkan, merupakan tahap antisipasi. Artinya, orang tua bisa ikut mengawasi perilaku anak mereka, juga teman-temannya. “Kadang-kadang kita sebagai ibunya sendiri tidak benar-benar tahu perubahan yang sedang terjadi pada anak kita. Malah yang lebih mengerti adalah ibu dari sahabat anak kita," katanya. "Maka menjadi penting menjalin komunikasi yang intensif antara ibu-ibu sahabat si anak."
Cara lainnya, menurut Yenny Wahid, adalah dengan bersikap selektif dalam menentukan lembaga pendidikan untuk anak. Orang tua, kata dia, harus mendalami latar belakang dan visi lembaga pendidikan yang akan menjadi tempat belajar anak. “Pilih sekolah yang nilainya sejalan dengan nilai keluarga yang mengajarkan kebaikan dan toleransi," ujarnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal Nasarudin Umar menambahkan paham radikal telah masuk ke berbagai lembaga, baik lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan hingga organisasi terkecil, yakni keluarga. Dia mendukung pentingnya peningkatan kapasitas perempuan sebagai ibu di dalam rumah tangga untuk mengatasi paham tersebut.
Ibu rumah tangga, menurut Umar, bisa diajarkan lebih jauh mengenai pemahaman nilai kebangsaan. “Jadi, ketika anak-anak mendapatkan materi yang berlawanan dengan nilai kebangsaan, mereka sudah punya penangkal,” kata dia. Metode peningkatan kapasitas untuk ibu rumah tangga dapat dilakukan melalui sejumlah lembaga atau ruang sosial, seperti kelompok pengajian, atau kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
YOHANES PASKALIS PAE DALE