TEMPO.CO, Jakarta - Puti Guntur Soekarno, 46 tahun, mengatakan selalu menyempatkan diri untuk makan di sebuah rumah makan di kawasan Cikawao setiap kali berkunjung ke Bandung, Jawa Barat. Selain makanannya yang lezat, menurut dia, rumah makan itu menyimpan kenangan bagi Puti dan kedua orang tuanya, Guntur Soekarnoputra dan Henny Emilia Hendayani. Baca: Siap Maju Pilkada Jabar, Puti Soekarno Serahkan Keputusan ke PDIP
Puti Guntur Soekarno mengatakan beberapa menu favoritnya, yakni goreng babat, tamusu, lidah, limpa, gepuk, lalapan, dan sambal. "Tidak hanya jeroan, saya juga sangat suka jengkol. Di sini jengkolnya empuk dan rasanya masih sama dari dulu sampai sekarang," kata Puti Guntur Soekarno yang terdaftar sebagai bakal calon gubernur/wakil gubernur Jawa Barat dari PDI Perjuangan untuk Pilkada 2018.
Sejak berusia 3 tahun, Puti Guntur Soekarno sudah diajak makan ke restoran ini, dan di sinilah dia mengenal makanan Sunda. Tapi di balik hidangannya yang lezat, ada cerita asmara antara Guntur Soekarnoputra dengan Emilia Hendayani. "Ini adalah tempat kencan pertama papa dan mama. Waktu itu masih berupa warung kecil di pinggir jalan," ujar perempuan bernama lengkap Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarno Putri, itu.
Saat itu, dia mengatakan, Emilia sadar sedang berpacaran dengan anak Presiden RI sehingga mempersiapkan dirinya dengan sangat baik pada kencan pertama. "Mama pikir pasti akan dijemput mobil dan diajak makan di tempat mewah. Ternyata papa menjemputnya dengan skuter butut dan mengajak makan di warung pinggir jalan," ujar Puti Guntur Soekarno sambil tertawa.
Kendati Guntur Soekanoputra adalah anak Presiden Soekarno, Puti Guntur Soekarno menceritakan, uang kiriman dari Jakarta terbatas sehingga hanya bisa mengajak ibunya ke ke warung pinggir jalan. "Uangnya tak cukup untuk makan di restoran," tutur anggota DPR dari daerah pemilihan Ciamis, ini.
Selain rumah makan di Jalan Cikawao, keluarga Soekarno juga punya tempat makan favorit lainnya di Kota Bandung, di antaranya ayam goreng di Jalan Panaitan, kupat tahu dan jajanan di Jalan Cihapit. "Karena orang tua kami senang makanan di tempat-tempat itu, akhirnya menjadi tempat favorit turun-menurun," katanya.
ANTARA