TEMPO.CO, Jakarta - Najwa Shihab mundur setelah 17 tahun berkarier di Metro TV. Najwa Shihab pernah menjadi wakil pemimpin redaksi di usia 35 tahun dan memiliki program acara sendiri, Mata Najwa. Baca: Najwa Shihab, Putri Ulama Quraish Shihab Jawab Soal Hijab
Mata Najwa disiarkan perdana pada 25 November 2009 dan program acara tersebut akan tayang terakhir kali pada 30 Agustus nanti. Jika selama ini kita mengenal Najwa Shihab sebagai presenter acara televisi, berikut ini lima fakta tentang putri Quraish Shihab itu yang disarikan dari beberapa wawancara Tempo dengannya.
1. Cokelat penyelamat
Najwa Shihab punya satu makanan favorit yang dia simpan di dalam ruamh kerjanya. "Ini penyelamat saya di kala deadline," kata Najwa Shihab sambil merogoh isi stoples kaca di atas mejanya yang berisi permen cokelat.
Hal yang paling disukainya adalah menyembunyikan permen cokelat itu ke dalam bufet, dan mencarinya lagi di waktu berbeda. Menurut Najwa, ia tak tahan untuk tidak mengemil permen cokelat itu, meski dirinya keturunan diabetesi. Baca juga: Pekerjaan Rumah Nana Setelah Tak Lagi Pegang Mata Najwa
2. Bercita-cita jadi hakim atau pengacara
Najwa Shihab mengambil jurusan hukum di Universitas Indonesia. Pada masa itu, dia mendapat kesempatan magang selama tiga bulan di PT Rajawali Citra Televisi Indonesia atau RCTI dari Desember 1999 hingga Februari 2000. Najwa mengaku banyak belajar dari wartawan senior, seperti Helmi Yohanes dan Desi Anwar. "Magang itu membuyarkan cita-cita saya menjadi pengacara dan hakim," tuturnya.
3. Presenter bukan selebriti
Sebagian orang beranggapan presenter seperti layaknya selebritas. Namun, Najwa Shihab enggan dimasukkan dalam kelompok itu. Baginya presenter, merupakan pekerjaan jurnalis dengan medianya televisi atau media elektronik. Yang membedakan, sebagai presenter ia sering muncul di televisi hingga lebih cepat dikenal orang. Padahal yang dilakukan kerja tim, bukan peran seorang. "Makanya saya tidak menganggap presenter sebagai sesuatu yang 'wah'," ujarnya.
4. Digoda mahasiswa
Najwa Shihab pernah mengisi mata kuliah jurnalistik elektronik di Universitas Indonesia pada Desember 2006. Saat itu, matanya langsung terbelalak galak ketika seorang mahasiswa menyeletuk usil, "amboi, dosenku cantik sekali. Tak sekadar cantik, tapi juga pintar dan baik hati."
Menurut Najwa Shihab, selain bersikap iseng, ada juga mahasiswa yang galak bila bertanya sesuatu hal. "Saya senang melihat semangat mahasiswa yang berjiwa muda dan sangat idealis," katanya.
5. Trauma setelah liputan tsunami
Najwa Shihab mengalami trauma setelah meliput peristiwa tsunami di Aceh pada 2004. Saat itu, dia sampai berkonsultasi psikologi dengan kakaknya dan datang ke Yayasan Pulih. Ini adalah organisasi yang concern kepada wartawan yang meliput bencana, konflik, teror.
"Saya nangis terus setelah liputan itu," kata Najwa Shihab. "Kadang orang lupa bahwa wartawan yang meliput, kalau sudah intens dan melihat langsung peristiwa itu, juga menjadi korban." Artikel terkait: Najwa Shihab, Reporter 001 Sampai Punya Program Mata Najwa