TEMPO.CO, Jakarta - Aromaterapi sering dianggap sebagai tren. Padahal terapi ini memiliki sejarah yang panjang. Penelitian ilmiah aromaterapi memang baru dilakukan pada awal abad ke-20, tapi sejarahnya sudah ada ribuan tahun lalu di Cina yakni dengan cara membakar rempah-rempah tertentu dan aromanya dihirup untuk kesehatan.
Aromaterapi juga digunakan oleh bangsa Mesir dan Arab dan diperkirakan pertama kali dibawa ke Eropa oleh para prajurit saat Perang Salib. Kemudian di awal abad ke-20, ilmuwan Prancis, Rene-Maurice Gattefosse, mulai mempelajari zat-zat kimia pada minyak esensial setelah menggunakan minyak lavender untuk menyembuhkan luka bakar di tangannya akibat kecelakaan di laboratorium.
Seperti dikutip dari laman Foxnews, minyak esensial adalah aroma yang dikumpulkan dan diekstraksi dari dedaunan, bunga-bunga, biji-bijian, akar, atau kulit kayu. Minyak esensial yang populer adalah lavender, mawar, tea tree, pepermin, lemon, rosemari, dan ekaliptus. Aromaterapi modern dinikmati dengan cara menghirup aroma salah satu minyak esensial tersebut dan dipercaya mampu memperbaiki kesehatan fisik dan mental.
Penggunaan minyak esensial dianjurkan oleh ahli aromaterapi dan digunakan untuk meredakan dari sembelit sampai kanker. Meski banyak minyak yang khasiatnya belum terbukti secara ilmiah, bila digunakan hanya sebagai terapi pelengkap, risiko kesehatan terkait minyak esensial sangat kecil. Akan lebih baik lagi bila penggunaannya di bawah pengawasan ahlinya.
Minyak esensial, apakah dihirup atau dioles, juga harus mengikuti petunjuk. Menghirup aroma minyak esensial memang tak berbahaya buat kebanyakan orang dewasa tapi bukan tak mungkin ada kandungan zat berbahaya dalam minyak esensial yang tidak terdaftar di badan kesehatan, misalnya BPOM di Indonesia.
Wanita hamil dan orang yang memiliki masalah saluran pernapasan yang hendak menggunakan minyak esensial juga harus berkonsultasi dengan dokter. Sebab, beberapa jenis minyak bisa mempengaruhi hormon. Jenis-jenis minyak yang tak dianjurkan di masa kehamilan adalah pepermin, basil, kayu manis, kamomil, cengkeh, jahe, dan rosemari.
Sementara buat penderita asma, menghirup minyak esensial bisa mengakibatkan gangguan saluran pernapasan. Meski banyak produk minyak yang mengklaim bisa meredakan gejala asma, dokter tidak menganjurkan karena belum ada penelitian berkualitas mengenai keamanannya.
Kemudian, jangan sembarangan mengoleskan minyak esensial di kulit, terutama yang berkulit sensitif.Coba dulu sedikit di area terbatas. Jangan pernah pula menelan minyak esensial kecuali atas anjuran dokter dan disarankan tak digunakan pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.
PIPIT
Artikel kesehatan lainnya:
Menyetir, Bikin Sehat dan Tak Gampang Pikun
Air Hangat dan Perasan Buah Lemon, Rasakan Manfaatnya
Membayar Dosa Masa Lalu, Begini Tika Panggabean Beraksi