TEMPO.CO, Jakarta -Kenapa orang senang mendengarkan musik? Alasannya berbeda-beda meski intinya sama, membuat mereka merasa lebih baik.
Mendengarkan musik mengubah otak kita dan selama bertahun-tahun sudah digunakan untuk oleh para terapis musik untuk membantu mengatasi gejala depresi pascatrauma, kegelisahan, depresi, autisme, alzheimer, dan nyeri akut, bahkan mengurangi rasa sakit saat melahirkan. (baca: Suka Berkhayal, Boleh Saja Asalkan Tahu Batasannya)
Berbagai penelitian juga menunjukkan musik bisa berdampak pada kebiasaan berbelanja, membantu bayi belajar berbicara, meningkatkan performa atletis, dan memperbaiki suasana hati. Musik juga memiliki hubungan erat dengan pergerakan yang berpotensi membantu anak-anak dengan keterlambatan motorik.
Sebuah penelitian menemukan, bahkan pada orang yang hanya sedikit mendengarkan musik, bagian-bagian otak yang berkaitan dengan pergerakan teraktivasi. Sebuah artikel di Outdoor Online menyorot soal Proyek Sync, sebuah kolaborasi antara beberapa ilmuwan dan musisi terkenal dunia. Apa yang mereka lakukan sedikit berbeda dari terapi musik tradisional.
Daphne Zohar, CEO PureTech Health dan anggota tim Sync menjelaskan, “Musik bisa memodulasi sistem saraf seperti respons dopamin, sistem saraf autonomis, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan stres, pergerakan, proses belajar, dan daya ingat. Tapi kami ingin membawanya ke dalam realitas sains klinis.” (baca: Membawa Pekerjaan ke Rumah? Awas Prahara Mengintai)
Baca Juga:
Orang-orang di Sync ingin membawa terapi musik ke level berikut dan mengembangkan musik sehingga bisa menjadi “obat yang cocok”. Mereka tak mau hanya terpaku pada penelitian lama yang menyebutkan musik bisa meningkatkan produksi dopamin.
Mereka pun meneliti dampak dari irama, tempo, kunci, dan instrumen terhadap otak manusia. Kedengarannya memang tidak rumit, bahwa dampak musik membedakan masing-masing orang. Disebutkan bahwa otak masing-masing orang merespons musik secara berbeda, tergantung pada jenis musik yang akrab saat kita tumbuh dan jenis apa yang kita dengarkan sekarang.
Hanya, saja saat digunakan sebagai terapi hasilnya bisa saja berbeda. Seorang penderita kecemasan, misalnya, merespons sangat baik terhadap musik jazz sementara yang lain mungkin lebih senang mendengarkan Justin Bieber. Keinginan orang-orang Sync itu adalah mendesain sistem yang bisa memonitor detak jantung, aktivitas otak, dan pola tidur ketika kita mendnegarkan jenis musik tertentu dan menentukan apa pengobatan yang tepat.(baca: Riset: 55 Tahun, Usia Rentan Berselingkuh)
Dengan menggunakan laporan dari alat Fidbits dan pemonitor detak jantung, mereka bisa mengamati dampak musik pada keadaan emosional orang setiap kali mendengarkan musik dan bukan berada dalam laboratorium.
PIPIT