TEMPO.CO, Jakarta - Berkhayal memang menyenangkan, apalagi kalau kita membayangkan sesuatu yang indah. Berkhayal juga bisa menjadi salah satu sarana untuk melepaskan penat di dalam pikiran sebelum kembali ke kondisi nyata.
Konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria, Anggia Chrisanti mengatakan ada dua jenis khayalan yang umumnya dilakukan seseorang. "Pertama, berkhayal tentang masa lalu dan kedua, berkhayal tentang masa depan," tulis Anggia.
Berkhayal tentang masa lalu merupakan andai - andai atas apa yang telah terjadi, dan biasanya terkait dengan sebuah lagu atau kenangan lainnya di masa lalu. Pikiran manusia yang terdiri dari alam sadar, prasadar, dan bawah sadar sekalipun memang mudah tergugah oleh hal - hal yang terkait pengalaman tersebut.
Khayalan akan masa lalu sering terjadi pada orang - orang dengan kecenderungan kepribadian melankolis. Namun demikian, khayalan jenis ini bisa menjadi kekuatan dalam cara belajar. Jika masih sekolah atau kuliah, Anda dapat memanfaatkan kebiasaan berkhayal ini dengan cara mengaitkannya ke materi pelajaran.
Berkhayal tentang masa lalu tidak berbahaya, asalkan masih dalam batas kewajaran. Artinya, saat mengingat akan sebuah kenangan atau pengalaman tidak serta merta mempengaruhi apalagi mengubah mood seketika.
Mengenai kebiasaan berkhayal tentang masa depan, menurut Anggia, menandakan orang tersebut memiliki potensi visioner. Hal - hal ini tidak perlu objektif dan realistis karena teknologi yang ada saat ini saja akan dianggap sebuah kegilaan oleh orang - orang di masa lalu.
Hanya saja, tentu semua sebaiknya tidak berhenti pada fase berkhayal, melainkan mulai tulis, gambarkan, atau bicarakan dengan orang lain sehingga khayalan ini minimal dapat dibagikan. Lebih baik lagi jika dicoba dan diusahakan agar terwujud.
Intinya, Anggia melanjutkan, kebiasaan berkhayal jangan dianggap sebagai kegilaan yang harus dihindari. Sebab, berkhayal bisa menjadi potensi meski ada batasan waktunya. Jangan sampai Anda kebablasan berkhayal sehingga tidak fokus pada tugas yang sedang dikerjakan.
Anggia menyarankan atur waktu berkhayal, misalnya setelah pukul 20.00 hingga menjelang tidur. Supaya khayalan tidak hanya ada di angan-angan, siapkan kertas dan pensil atau laptop untuk menuangkan khayalan itu. Perlu diingat untuk berkhayal tentang sesuatu yang bersifat konstruktif, bukan merusak seperti balas dendam apalagi terkait hal - hal yang dilarang dan berdosa.
Artikel lainnya:
Yuk, Selalu Berpikir Positif Biar Panjang Umur
Malumologi Bukan Ilmu bikin Malu, Begini Kata Jaya Suprana
Makna Perempuan Duduk Silang Kaki, Kaki Rapat, dan 3 Pose Lainnya