TEMPO.CO, Jakarta - Kasus bunuh diri di kalangan remaja terus meningkat. Di Amerika Serikat, kematian remaja akibat bunuh diri ini sudah dianggap sebagai tragedi kesehatan masyarakat yang signifikan. Caranya pun bermacam-macam, seperti menggunakan pistol (49 persen), gantung diri (38 persen), dan minum racun (7 persen). Baca: Kenali Gejala Bunuh Diri dari Posting-an di Media Sosialnya
Di Indonesia, penggunaan pistol untuk bunuh diri di kalangan remaja sangat jarang ditemukan. Yang cukup banyak terjadi sekarang justru melompat dari ketinggian, bisa dari gedung bertingkat tinggi, dari lantai atas mal, dari jembatan, atau menara pemancar.
Di Amerika Serikat sendiri angka percobaan bunuh diri meningkat drastis pada remaja, dari data yang dikumpulkan Center for Disease and Control and Prevention. Tindakan menghabisi nyawa sendiri lebih banyak dilakukan oleh perempuan, yakni 21,8 persen sedangkan laki-laki 12 persen.
Gangguan jiwa adalah penyebab paling besar kasus bunuh diri pada remaja. Sebanyak 80-90 persen remaja yang meninggal karena bunuh diri memiliki psikopatologi siginifikan, seperti gangguan suasana hati, kecemasan, masalah perilaku, dan penyalahgunaan narkoba. Baca juga: 3 Kasus Bunuh Diri Berturut-turut, Dimulai di Apartemen Gateway
Remaja juga mudah terpengaruh tren yang sebenarnya sangat berbahaya. Contohnya eraser challenge, yakni melukai tangan dengan penghapus pensil. Ada juga choking game, yaitu mencekik leher sampai tak sadarkan diri.
Ada pula skip challenge, yakni menekan dada sampai tak sadarkan diri, cinnamon challenge atau menelan satu sendok bubuk kayu manis tanpa minum, sampai sack tapping atau memukul kemaluan teman laki-laki dengan keras.
"Penyebab bunuh diri begitu kompleks tetapi tujuan dari pencegahannya sederhana," jelas psikiater dr. Nova Riyanti Yusuf SpKJ pada acara diskusi "Tragedi Buhuh Diri, Penyebab dan Efek Viral di Media Sosial" yang digelar Tempo, Jumat, 28 Juli 2017.
Upaya pencegahan bisa dilakukan di sekolah. Peran serta masyarakat juga diperlukan dalam menekan angka bunuh diri pada remaja. Menurut Nova, kehidupan modern di era digital membuat orang semakin tidak peduli pada sekitar sehingga tidak memperhatikan bil ada perubahan tingkah laku pada orang-orang tertentu. "Orang yang biasanya ceria jadi pemurung, intinya perubahan perilaku yang mencurigakan," ujarnya. Artikel lainnya: Perhatikan Gejala 3P, Cegah Mereka yang Ingin Bunuh Diri
PIPIT